Liputan6.com, Tangerang - Dulunya bekas kebanjiran, tapi sekarang emak-emak di Komplek Pondok Arum RT 05/02, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, menyulap lahan tidur menjadi kebun untuk memenuhi stok pangan selama pandemi Covid-19. Canggihnya lagi, mereka bercocok tanam memanfaatkan teknologi berbasis digital melalui smarphone.
Warga di sana memanfaatkan aplikasi Sipindo untuk mengetahui proses bercocok tanam dari mulai tahap penyemaian benih hingga panen.
"Aplikasi ini Sistem Informasi Pertanian Indonesia (Sipindo) yang bisa digunakan untuk masyarakat yang ingin mulai bercocok tanam,"Â ujar Technical Field Officer East West Seed Indoensia, Sudi, Jumat (10/7/2020).
Advertisement
Baca Juga
Aplikasi ini memiliki banyak menu mulai dari persemaian, jenis teknik perawatan tanaman, rekomendasi pupuk dan nutrisi sesuai dengan tanaman, penanggulangan dan cara mengidenifikasi hama, serta perawatan tanah pascapanen. Bahkan, ada juga menu estimasi biaya menanam bibit sesuai pilihan.
Masyarakat juga bisa mengetahui masa tanam dan juga kendala yang mungkin dihadapi karena Sipindo juga dilengkapi dengan perkiraan cuaca dan prakiraan musim.
"Ada juga fitur identifikasi hama penyakit dari berbagai macam sayuran, dan ada cara penanganannya. Ada juga fitur rekomendasi pemupukan, jadi bisa memperkirakan berapa pupuk yang diperlukan untuk satu musim tanam," kata Sudi.
Aplikasi Sipindo sendiri baru tersedia untuk pengguna Android. Sipindo juga bebas diunduh oleh siapa pun yang ingin bercocok tanam.
"Targetnya memang petani, tapi ini juga bisa dipakai untuk orang awam mau bercocok tanam, bahkan sangat disarankan karena banyak sekali artikel yang bisa kita gunakan untuk panduan menanam sayuran," kata Sudi.
Digunakan Kelompok Tani Wanita
Di Tangerang aplikasi ini digunakan oleh Kelompok Tani Wanita atau KWT. Berada di lahan sekitar 100 meter persegi, tanah tersebut diperdayakan untuk bercocok tanam berbagai macam sayuran.
Berdiri sejak tahun 2018, Demplot Anthurium beranggotakan belasan ibu-ibu sekitar untuk bercocok tanam bertahan di tengah pandemi Covid-19.
"Jadi kita memperdayakan potensi lokal untuk bertahan di pandemi ini," ujar Yuliana Darmawan sebagai ketua KWT setempat.
Padahal, tadinya pada awal tahun 2020, Perumahan Pondok Arum punya cerita kelam. Sebab, perumahan itu sempat terendam banjir setinggi empat meter karena curah hujan yang sangat tinggi kala itu.
Namun sekarang, nasib bertukar karena secara ekonomi dan ketahanan pangan mereka mampu bertahan di tengah wabah Covid-19. Selain dinikmati warga, hasil panen juga kerap kali dijual di pasar induk di Kota Tangerang.
"Ini banyak tamu ke sini, mereka beli langsung. Kadang panen juga distribusi ke pasar di luar setiap hari Senin dan Jumat, ada pasar lingkungan juga tiap Selasa," kata Yuliana.
Di Demplot Anthurium itu ditanami berbagai jenis tumbuhan seperti Caisim Tosakan, ada Kailan Nauli, Kembang Kol PM126, cabai laba laju, terong ungu Laguna, terong hijau Hitavi, labu madu Timun Erina, Pare Lipa, dan masih banyak lagi.
Advertisement