Liputan6.com, Jakarta - Penyedia layanan komunikasi saat ini dapat menerapkan jaringan 5G di pita frekuensi sedang lebih cepat dan dalam skala lebih luas. Hal itu bahkan dilakukan tanpa perlu menambah footprint, berkat dua solusi Antenna-Integrated Radio (AIR) Ericsson terbaru.
Hybrid AIR dan Interleaved AIR merupakan solusi termutakhir di portofolio Ericsson Radio System, yang meningkatkan produk 5G perusahaan. Perusahaan asal Swedia itu memahami keterbatasan ruang fisik di beberapa menara BTS menjadi tantangan bagi penyedia layanan komunikasi, yang hendak melakukan ekspansi jaringan untuk menerapkan 5G.
Advertisement
Baca Juga
Solusi AIR diklaim mampu mengatasi masalah tersebut dan memungkinkan penyedia layanan komunikasi mengelola lokasi dan menara BTS makro kian kompleks. Selain itu, solusi ini juga disebut dapat mengurangi footprint dan biaya optimasi jaringan.
"Di beberapa lokasi jaringan, ukuran perangkat adalah segalanya. Penyedia layanan komunikasi secara global sering memiliki kemungkinan terbatas dalam menambah ruang fisik yang sudah penuh dengan peralatan jaringan. Mereka membutuhkan solusi yang sesuai dengan ketersediaan ruang yang ada saat ini selagi tetap memberikan kinerja luar biasa," ujar Per Narvinger, Head of Product Area Networks, Ericsson dikutip dari keterangan perusahaan, Kamis (16/7/2020).
Selain itu, kata Per, solusi ini tidak mengharuskan ruang fisik tambahan di lokasi.
"Saat diimplementasikan dengan teknologi Massive MIMO, penyedia layanan komunikasi dapat mengimplementasikan 5G di pita frekuensi sedang dengan solusi baru ini yang lebih cepat dan dalam skala lebih besar," tutur Per menjelaskan.
Cara Kerja
Paduan teknologi antena Kathrein Mobile Communication, Hybrid AIR dan Interleaved AIR dapat mengaktifkan 5G di pita frekuensi sedang melalui penggabungan AIR dengan multiband passive antenna technology pada satu bidang fisik perangkat.Â
Simulasi perhitungan para ahli Ericsson menunjukkan peningkatan ke Hybrid AIR atau Interleaved AIR dengan Massive MIMO dapat menghasilkan kapasitas pita lebar seluler tujuh kali lebih besar daripada yang saat ini tersedia dari antena multiband.
Peningkatan kapasitas berasal dari efisiensi spektral Frequency Division Duplex (FDD) yang ditingkatkan, pita FDD baru, dan tambahan Massive MIMO di pita frekuensi sedang. Solusi AIR baru juga meningkatkan kapasitas 4G.
Advertisement
Ericsson Prediksi Pelanggan 5G Tembus 2,8 Miliar pada 2025
Sebelumnya Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan 5G di seluruh dunia akan mencapai 190 juta pada akhir 2020. Jumlahnya diprediksi akan meningkat hingga 2,8 miliar pada 2025.
Di wilayah Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan mencakup 21 persen pelanggan seluler pada 2025. Hal ini diungkapkan oleh perusahaan telekomunikasi asal Swedia itu dalam laporan tahunannya, Ericsson Mobility Report, edisi Juni 2020.
Laporan ini juga menyajikan ulasan tentang peran jaringan dan infrastruktur digital dalam mendukung masyarakat tetap terhubung selama pandemi Covid-19.
"Selama pandemi ini, kegiatan bekerja dari rumah serta belajar dari rumah membuat ketergantungan terhadap konektivitas semakin meningkat. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya konektivitas," ujar President of Ericsson Indonesia, Jerry Soper, pada Selasa (23/6/2020).
Kehadiran 5G pun dinilai akan membuat konektivitas menjadi lebih baik. Dalam hal ini termasuk untuk kegiatan masyarakat sehari-hari dan cara berbisnis.
"5G adalah platform yang dibuat untuk inovasi karena teknologi ini akan merumuskan ulang cara orang berinteraksi, cara masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari, serta cara bisnis bekerja. Keberhasilan 5G tidak hanya diukur dari jumlah pelanggan yang tinggi, karena dampak teknologi ini pada akhirnya juga dinilai dari manfaat bagi masyarakat dan pelaku usaha," kata Jerry.
(Why/Isk)