Sukses

Epic Games Kritik Apple dan Google soal Biaya In-App Purchase

CEO Epic Games mengkritik kedua Apple dan Google yang membebankan 30 persen biaya untuk setiap transaksi in-app purchase kepada penerbit

Liputan6.com, Jakarta - CEO dari Epic Games Tim Sweeney melontarkan kritik keras kepada App Store dan Google Play.

"Apple telah mengunci dan melumpuhkan ekosistem [aplikasi mobile] dengan menciptakan monopoli absolut pada distribusi perangkat lunak, pada monetisasi perangkat lunak," kata Tim dikutip dari CNBC, Minggu (26/7/2020).

Kepada Google Play, Tim menyebut toko aplikasi milik Google itu "pada dasarnya secara sengaja menahan toko aplikasi kompetitor".

Selain itu, Tim juga menyoroti kebijakan kedua toko aplikasi tersebut yang membebankan 30 persen biaya untuk setiap transaksi in-app purchase kepada penerbit.

Di sisi lain, Epic Games juga memiliki platform sendiri yang memungkinkan para penerbit gim memasarkan karya mereka untuk PC dan Mac.

Salah satu perbedaan kontras terletak pada persentase beban biaya lebih rendah dari App Store dan Google Play, yakni 12 persen dari setiap transaksi in-app purchase.

Ketika merilis gim FPS populer Fortnite untuk Android, Epic Games juga tidak langsung memanfaatkan kanal penjualan Google Play. Alih-alih, mereka menempatkan gim itu melalui sebuah "launcher" di situs web resminya yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh gim tersebut.

2 dari 3 halaman

Sony Beli Saham Epic Games

Diwartakan sebelumnya Sony membeli sebagian saham milik studio gim kreator Fortnite, yakni Epic Games, senilai USD 250 juta atau sekitar Rp 3,6 miliar.

"Lewat investasi ini, kedua perusahaan akan memperluas kolaborasi mereka untuk menciptakan pengalaman unik bagi konsumen dan kreator gim," dikutip dari Venture Beat, Jumat (10/7/2020).

 

3 dari 3 halaman

1,4 Persen Saham

Meski sebagian saham perusahaan sudah dibeli Sony, Epic Games mengonfirmasi tetap akan dapat menerbitkan atau merilis gim mereka ke platform lainnya.

Seperti disebutkan, Sony hanya mengakuisisi 1,4 persen saham Epic Games, dan tidak membeli saham yang besar sehingga mampu mengendalikan semua kegiatan.

Video Terkini