Sukses

ByteDance Akan Lepas Saham TikTok Agar Tak Diblokir AS?

ByteDance dikabarkan setuju untuk mendivestasikan operasi TikTok di AS sepenuhnya untuk meraih kesepakatan dengan Gedung Putih. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan induk TikTok, ByteDance, dikabarkan setuju untuk mendivestasikan operasi TikTok di AS sepenuhnya untuk meraih kesepakatan dengan Gedung Putih.

Informasi ini mencuat setelah Presiden Donald Trump mengatakan bakal melarang aplikasi video pendek tersebut, paling cepat hari Sabtu (1/8/2020), waktu setempat. Demikian menurut seorang sumber CNBC.

ByteDance sebelumnya berusaha mempertahankan saham minoritas di bisnis TikTok AS, yang mana ditolak oleh Gedung Putih.

"Di bawah usulan kesepakatan yang baru, ByteDance akan keluar sepenuhnya dari bisnis AS dan Microsoft bakal mengambil alih TikTok," kata sumber tersebut, sebagaimana dilansir CNBC, Minggu (2/7/2020).

"Beberapa investor ByteDance yang berbasis di AS mungkin diberi kesempatan untuk mengambil saham minoritas dalam bisnis," ucap sumber tersebut menambahkan.

Untuk diketahui, sekitar 70 persen dari investor di luar ByteDance berasal dari AS.

Sayangnya, Gedung Putih menolak untuk mengomentari apakah Trump akan menerima konsesi ByteDance atau tidak. Sementara ByteDance juga menolak untuk menanggapi isu ini.

"Kami di sini untuk jangka panjang. Lanjutkan untuk membagikan suara Anda di sini dan biarkan TikTok berdiri," kata manajer umum TikTok A. Vanessa Pappas dalam sebuah video yang diunggah di aplikasi, baru-baru ini.

 

2 dari 5 halaman

Microsoft Akan Lindungi Semua Data Pengguna TikTok

Di bawah proposal baru ByteDance, Microsoft yang juga memiliki jaringan media sosial profesional LinkedIn, akan bertugas melindungi semua data pengguna AS TikTok.

Masih menurut sumber tersebut, rencana ini memungkinkan perusahaan AS selain Microsoft untuk mengambil alih TikTok di AS. Microsoft sendiri belum berkomentar terkait hal ini.

Sebagai informasi, ByteDance telah menerima proposal dari beberapa investor, termasuk Sequoia dan General Atlantic, untuk mengalihkan kepemilikan mayoritas TikTok kepada mereka. Demikian menurut laporan Reuters.

Proposal itu bernilai sekitar US$ 50 miliar. Beberapa eksekutif ByteDance percaya aplikasi ini memiliki nilai lebih dari itu.

3 dari 5 halaman

Aksi Donald Trump ke TikTok

Sebelumnya, Donald Trump mengumumkan bakal memblokir aplikasi berbagi video kreatif asal Tiongkok, TikTok, di AS.

Kepada media, Presiden Trump menyebut, dirinya akan menandatangani perintah eksekutif paling cepat hari Sabtu waktu setempat. Demikian dikutip dari BBC, Sabtu (1/8/2020).

Sekadar informasi, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah AS begitu khawatir akan keamanan aplikasi TikTok yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance. Pemerintah AS menduga, TikTok mengumpulkan data pribadi orang Amerika.

Sementara itu, TikTok berkali-kali menampik tudingan tersebut. Bahkan TikTok mambantah bahwa perusahaannya dikendalikan dan berbagi data dengan pemerintah Tiongkok.

Aplikasi TikTok begitu populer di AS. TikTok disebut-sebut punya lebih dari 80 juta pengguna aktif bulanan di Amerika Serikat. Makanya, pemblokiran TikTok oleh pemerintah Trump ditengarai bakal jadi pukulan besar bagi ByteDance.

"Sejauh menyangkut TikTok, kami melarang mereka dari Amerika Serikat," kata Presiden Trump kepada wartawan di jet kenegaraan AS, Air Force One, dikutip dari BBC.

4 dari 5 halaman

TikTok Ogah Komentar

Sayangnya, sampai berita ini dimuat, belum jelas bagaimana larangan itu ditegakkan dan otoritas apa yang dimiliki Trump untuk memblokir TikTok. Tidak jelas bagaimana pemblokiran dilakukan dan tantangan hukum apa yang dihadapinya.

Pada saat yang hampir bersamaan, perusahaan software terkemuka asal AS, Microsoft disebut-sebut tengah melakukan pembicaraan terkait pembelian TikTok dari ByteDance.

Juru bicara TikTok menolak berkomentar atas pemblokiran TikTok di AS. Namun, menurutnya, perusahaan tetap percaya diri akan kesuksesan TikTok dalam jangka panjang di AS.

Langkah pemblokiran TikTok di Amerika ini seiring dengan meningkatnya ketegangan antara pemerintah Trump dengan Tiongkok karena sejumlah masalah.

Salah satu masalah terbesar keduanya adalah karena peragang dagang antara keduanya hingga masalah terkait wabah Covid-19.

5 dari 5 halaman

CEO TikTok Berkomitmen Patuhi Aturan AS

Sementara itu, CEO TikTok Kevin Mayer memastikan bahwa TikTok berkomitmen untuk jadi tempat yang aman bagi jutaan remaja Amerika.

TikTok, kata Mayer, juga terus memperbaiki diri dan mengambil langkah yang diperlukan agar bisa diterima di AS.

"TikTok menjadi target terbesar, tetapi kami bukanlah musuh. TikTok mengambil langkah besar untuk mendorong percakapan yang lebih dalam, algoritma yang transparan, serta moderasi konten untuk mematuhi aturan," katanya.

Mayer mengatakan, TikTok berkomitmen untuk mengikuti aturan hukum di AS. Agar diterima di sana, TikTok juga menghadirkan pusat data dan moderasi yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Para ahli bisa mengawasi kebijakan moderasi kami dan mengawasi kode-kode yang menjalankan algoritma kami," tuturnya.

TikTok juga berkomitmen membantu para kreator di AS dengan mengalokasikan USD 200 juta untuk Creator Fund. Dalam tiga tahun ke depan dana ini juga ditargetkan akan meningkat hingga USD 1 miliar.

Di Amerika sendiri, TikTok menyebut, pihaknya telah menciptakan 10.000 lapangan pekerjaan.

(Isk/Why)