Liputan6.com, Jakarta - Layanan berbasis internet mengalami peningkatan traksi selama pandemi Covid-19 sebab orang-orang berdiam diri dan melakukan aktivitas dari rumah.
Tahun 2020, menurut Kunaciilan Nallappan, RVP, Marketing, APCJ di F5 Networks, telah membuka pintu bagi banyak hal baru.
"Tahun ini kita menemukan cara baru untuk bekerja, cara baru untuk mengonsumsi layanan, cara baru untuk menghabiskan waktu dengan orang terdekat, dan Normal Baru," ujar Kunaciilan, pada sesi presentasi di webinar yang membahas laporan bertajuk "F5 Curve of Convenience 2020: The Privacy – Convenience Paradox", Rabu (12/8/2020).
Advertisement
Baca Juga
Oleh sebab itu, F5 Networks menggelar survei yang melibatkan lebih dari empat ribu responden untuk mengetahui kebiasaan pengguna layanan berbasis internet di kawasan Asia Pasiifik selama pandemi Covid-19 dan untuk mencari temuan lainnya.
Keiichiro Nozaki, Senior Marketing Evangelist, APCJ, di F5 Networks mengatakan media sosial merupakan layanan berbasis internet yang paling banyak responden akses. Hal ini, kata Keiichiro, tidak terlalu mengejutkan sebab kecenderungan ini telah terlihat sebelumnya.
Salah satu poin menarik di laporan ini adalah bagaimana pengguna layanan berbasis internet menyikapi kebocoran data.
"Kebocoran data ternyata tidak secara langsung berefek pada perubahan aktivitas pengguna layanan berbasis internet," tutur Keiichiro.
Misalnya, ada responden yang menyatakan tidak mengganti kata sandi, meski layanan yang mereka pakai mengalami kebocoran data.
Namun memang, kepercayaan pengguna terhadap layanan itu mengecil dan oleh sebab itu, keamanan data dipertaruhkan demi menjaga kepercayaan pengguna dan mengawal nilai-nilai perusahaan.
Perlindungan dan pengelolaan data
Satu temuan lainnya terkait dengan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan data. Di tengah konsumsi layanan yang begitu masif, wajar apabila perlindungan dan pengelolaan data mendapat sorotan di dalam laporan ini.
"Kami melihat, ternyata pengguna di Asia Pasifik cenderung memasrahkan tanggung jawab ini kepada penyedia layanan dan pemerintah," tutur Shahnawaz Backer, Principal Security Advisor, APCJ di F5.
Laporan menunjukkan, 43 persen memasrahkan perlindungan data kepada penyedia layanan, 32 persen memercayakan hal ini kepada pemerintah, dan 25 persen sisanya menganggap dirinya sendiri merupakan pihak yang bertanggung jawab atas perlindungan data.
Advertisement
Berbagi data
Terkait kesediaan berbagi data, ada beberapa poin yang cukup menarik. Misalnya, 69 responden berkenan membagikan data mereka di layanan yang mereka pakai.
Di antara negara-negara di Asia Pasifik, hanya 43 persen responden asal Jepang yang bersedia datanya dibagikan dan atau disimpan.
Kontras, 82 persen pengguna asal Tiongkok berkenan data mereka dibagikan. Sementara masing-masing 79 persen pengguna di India dan Indonesia juga bersedia data mereka dibagikan dan atau disimpan.
Perlu ditekankan, poin ini berkaitan dengan akses layanan pihak ketiga yang saat ini menawarkan kemudahan bagi pengguna. Misalnya, yang paling banyak ditemukan adalah cukup dengan cara menautkan akun Google, Facebook, atau Twitter, pengguna akan dapat mengakses layanan tertentu.