Sukses

Ini Kronologi Peretasan Situs CISDI dan Berbagai Dokumen Covid-19 yang Dihapus Hacker

Tidak hanya dokumen yang dihilangkan oleh penyerang, parahnya pada Sabtu, 21 Agustus 2020 pukul 13.00 WIB, website CISDI juga sempat tidak bisa diakses karena serangan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Situs web milik lembaga independen Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) diretas oleh pihak tidak bertanggung jawab.

CISDI merupakan sebuah lembaga independen yang fokus pada perbaikan sistem pelayanan kesehatan.

Kepada Liputan6.com, Direktur Eksekutif CISDI Gatot Suarman menceritakan kronologi peretasan situs CISDI.

Menurut Gatot, peretasan terhadap situs CISDI dimulai sejak tiga hari lalu, di mana saat itu tim ICT mendapati website diserang dengan indikasi beberapa dokumen yang diunggah di situs web telah dihapus.

Tidak hanya dokumen yang dihilangkan oleh penyerang, parahnya pada Sabtu, 21 Agustus 2020 pukul 13.00 WIB, website CISDI juga sempat tidak bisa diakses karena serangan tersebut.

"Jam 13.00 website kami diretas dan memang hilang semuanya tidak bisa diakses," kata Gatot, Sabtu (22/8/2020).

Gatot menyebut, upaya yang dilakukan penyerang adalah intervensi pada server CISDI menggunakan teknik brute force yang bertubi-tubi.

Selanjutnya, tim ICT CISDI menelusuri serangan ini, dibantu oleh relawan dari Cek Diri dan Kawal Covid.

"Dari sana kami telusuri, dibantu oleh relawan, ternyata benar situs kami diretas. Tim ICT kami dari jam 1 siang hingga jam 11 malam berupaya bagaimana agar situs web CISDI bisa up lagi," kata Gatot, bercerita.

2 dari 3 halaman

Website Sudah Kembali, tapi Belum Sempurna

Beruntung, CISDI memiliki backup atas situsnya sehingga website kembali bisa berjalan. Namun dia mengakui, website CISDI setelah dipulihkan tetap belum sempurna seperti sedia kala.

"Kalau dilihat memang belum sempurna, tetap ada beberapa dokumen yang tidak bisa diakses," tutur Gatot.

Ketika ditanya perihal dokumen yang hilang, Gatot mengatakan pihaknya masih terus melakukan pengecekan terkait dokumen apa saja yang hilang. Yang pasti, dokumen yang kini ditangani CISDI adalah terkait dengan penanganan Covid-19.

"Dokumen yang hilang terkait dengan Covid-19, misalnya komentar, sosialisasi dan kampanye CISDI tentang Covid-19, serta usulan ke pemerintah (tentang Covid-19). Dokumen-dokumen itu crash dan tidak bisa dibuka," katanya.

Gatot menjelaskan kondisi data-data yang dimiliki CISDI. Menurutnya, data yang dimiliki dalam kondisi aman karena yang diretas adalah server website-nya.

"Antara data dan website itu menggunakan server berbeda, server data aman. Tapi memang dokumen yang sudah dipublikasi di website ada yang hilang," katanya.

3 dari 3 halaman

Diduga Karena Fokus CISDI Mengawal Kebijakan Terkait Covid-19

Pihak CISDI menduga, fokus CISDI dalam mengawal kebijakan terkait penanganan Covid-19 ini yang menjadi penyebab situs website diserang.

Apalagi CISDI beberapa kali mengemukakan kritik tentang kebijakan pemerintah yang dirasa belum sesuai dalam menangani pandemi Covid-19. Menurut Gatot, CISDI merupakan NGO bidang kesehatan dan sejak pandemi, 90 persen program CISDI merupakan Covid response.

"Semua dokumen dan aktivitas yang kami bicarakan tentang Covid-19. Setiap konferensi pers, kami menjelaskan posisi kami seperti apa, termasuk kritik tentang kebijakan pemerintah yang dirasa belum sesuai dalam menangani Covid-19," katanya.

Kendati demikian, Gatot tidak bisa berasumsi pihak mana yang melakukan percobaan peretasan situs CISDI.

"Mungkin ada pihak yang keberatan dengan sikap kami, tetapi kami tidak bisa berasumsi (tentang peretas), karena hal ini harus ditelusuri oleh orang yang paham mengenai cyber crime," tuturnya.

Terkait dengan pelaporan ke pihak berwenang, Gatot menyebut, CISDI memang memutuskan untuk memproses masalah ini lebih lanjut. Namun fokus CISDI kini adalah mengkaji sistem keamanan agar lebih baik dan tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.

"Karena hingga malam masih diserang bertubi-tubi, makanya tim keamanan kini berupaya membangun keamanan yang lebih kuat dan memperbaiki sistemnya," katanya.

(Tin/Isk)

Â