Sukses

Konten Swipe Night di Tinder Hadir Bulan Depan

Setelah sempat menunda konten fitur Swipe Night pada Maret lalu, Tinder akhirnya memastikan konten ini akan hadir untuk pengguna di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat menunda konten fitur Swipe Night pada Maret lalu, Tinder akhirnya memastikan konten ini akan tersedia dalam waktu dekat, termasuk untuk pengguna di Indonesia.

Menurut keterangan resmi perusahaan, konten Swipe Night ini akan tersedia pada 12 September 2020 pukul 10.00 WIB. Bagi kamu yang penasaran, Swipe Night merupakan konten interaktif yang melibatkan pengguna.

Pada konten ini, pengguna akan diminta untuk menentukan pilihan di saat-saat genting. Dengan kata lain, jalinan cerita dalam konten ini ditentukan langsung oleh pengguna, mirip dengan film Bandersnatch di Netflix.

Dengan konten ini, Tinder menyebut pengguna akan menerima kejutan untuk setiap jalan cerita atau pilihan yang sudah ditentukannya. Nantinya, serial interaktif ini akan dibagi dalam tiga episode petualangan yang dapat dinikmati pengguna.

"Petualangan dalam Swipe Night hadir dengan inovasi, interaksi, dan pengalaman imersif yang belum pernah ada sebelumnya, dan kami bersemangat terus bereksperimen dengan cara baru untuk terhubung di aplikasi Tinder," tutur CEO Tinder Elie Seidman.

Sebagai informasi, konten ini sebenarnya dijadwalkan rilis di Tinder pada Maret 2020. Namun mengingat adanya pandemi Covid-19, perusahaan memutuskan untuk menundanya.

"Kami memutuskan untuk tidak meluncurkan fitur Swipe Night di berbagai negara pada akhir pekan ini," tutur juru bicara Tinder pada awal Maret 2020.

2 dari 3 halaman

Tinder Umumkan Uji Coba Fitur Video Call di Sejumlah Negara, Indonesia?

Sebelumnya, Tinder juga mengumumkan sedang melakukan uji coba fitur baru di aplikasinya, yakni Face to Face Video Chat.

Fitur anyar ini akan diuji pada pengguna di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Brasil, Australia, Spanyol, Italia, Prancis, Peru, Cile, Vietnam, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Indonesia.

Menurut perusahaan, fitur ini dikembangkan dan dibuat oleh tim Trust and Safety karena perusahaan sangat memprioritaskan keamanan pengguna.

Oleh sebab itu, fitur ini pun dikembangkan dengan mempertimbangkan sejumlah hal, sehingga Face to Face Video Chat berbeda dari layanan sejenis.

"Fitur ini memprioritaskan hak pengguna agar mereka tetap merasa nyaman ketika memutuskan untuk melangkah lebih lanjut dari sekadar chat, jika dari masing-masing pengguna merasa waktunya sudah tepat," tutur Head of Trust and Safety Product Tinder , Rory Kozoll, dalam keterangan resmi, Kamis (9/7/2020).

Tinder sendiri, menurut Rory, nantinya akan mempelajari kinerja fitur ini dan menerima reaksi pengguna selama masa percobaan Face to Face Video Chat yang mulai berjalan beberapa minggu ke depan.

Lebih lanjut Rory menjelaskan fitur Face to Face Video Chat dikembangkan dengan sejumlah pertimbangan dan prioritas. Salah satunya adalah Tinder memberikan kendali pada pengguna untuk melakukan video call.

"Jadi, fungsi video call ini tersedia jika ada kesepakatan dari dua orang yang sudah match dan menjalin komunikasi. Setelah mereka menemukan ketertarikan lebih lanjut dan sepakat melakukan Face to Face Video Chat, silakan ketuk ikon video," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Pertimbangan Tinder Garap Fitur Video Call

Rory pun memastikan fitur ini tidak akan aktif hingga masing-masing individu mengaktifkannya. Selain itu, fitur ini juga dapat dinonaktifkan sesuai keinginan pengguna.

Di sisi lain, Rory mengatakan meski Tinder sudah menghadirkan fitur video call, mereka tetap memiliki peraturan agar para pengguna menggunakan fitur ini dengan baik dan benar.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diingat pengguna saat memakain fitur ini, yaitu tetap sopan dengan tidak menampilkan konten seksual atau pornografi, tetap aman dan ramah, dan tidak melibatkan anakan di bawah umur 17 tahun.

Kendati masih uji coba, Tinder mengatakan fitur ini dipastikan tetap hadir di layanannya dan perusahaan akan mempelajari masukan dari pengguna selama masa percobaan ini.

"Setelah panggilan selesai, kami akan bertanya bagaimana pengalaman pengguna ketika menggunakan fitur video call. Setiap pengguna dapat mengirimkan laporan ke tim kami kapan saja setelah panggilan selesai," tutur Rory.

(Dam/Why)