Sukses

SNT Gandeng Thales Alenia Space Siap Bangun Satelit Satria Senilai Rp 8 Triliun

PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan aerospace Prancis Thales Alenia Space terkait dimulainya konstruksi satelit multifungsi Satria pada akhir 2020.

Liputan6.com, Jakarta - PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan aerospace Prancis Thales Alenia Space terkait dimulainya konstruksi satelit multifungsi Satria pada akhir 2020.

Adapun nilai dari kontrak konstruksi satelit Satria ini sebesar USD 550 juta atau setara Rp 8 triliun.

Penandatanganan kerjasama keduanya berlangsung di Kediaman Menteri Komunikasi dan Informatika di Komplek Menteri Widya Chandra, Jakarta, Kamis (3/9/2020) disaksikan oleh Menkominfo Johnny G.Plate dan Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif.

Dalam penandatanganan ini, Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso menyebut, alasan dibutuhkannya satelit multifungsi Satria yang punya spesifikasi high throughput satellite (HTS) untuk Indonesia.

Menurutnya, pada 2024-2025 mendatang, harga internet berkecepatan 1Mbps per bulan masih lebih mahal ketimbang yang dibayar BAKTI. Oleh karena itu dibutuhkan investasi yang lebih terjangkau tetapi berkualitas.

"Program satelit ini merupakan hal yang jitu, tidak membutuhkan anggaran selama 3,5 tahun yang akan datang dan dengan biaya Rp 8 triliun serta biaya konsensi Rp 20 triliun yang dibayar 15 tahun tidak membutuhkan keuntungan finansial seperti satelit komersil lainnya (sehingga bisa lebih hemat)," kata Adiwoso dalam acara MoU yang ditayangkan live streaming. 

Menurutnya, satelit Satria menggunakan skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan masa konsensi selama 15 tahun, yakni selama satelit beroperasi.

2 dari 3 halaman

Asal Dana

Adapun dana pembuatan senilai Rp 8 triliun atau USD 550 juta, menurut Adiwoso, berasal dari dua sumber, yakni USD 425 juta merupakan pinjaman sindikasi dari kredit Prancis dan multilateral di Beijing.

"Sisanya USD 125 juta modal kita sendiri atau ekuitas. Kenapa ambil kredit dari luar, karena bunganya lebih rendah dan jangka pengembaliannya 12 tahun setelah satelit beroperasi. Sementara, 3,5 tahun merupakan project cost," tutur Adiwoso.

Rencananya, satelit akan mulai dibangun oleh Thales Alenia Space di Prancis dan diluncurkan pada 2023 menggunakan roket milik SpaceX, Falcon 9.

Adiwoso optimistis, setelah meluncur, satelit ini akan melampuai satelit apapun yang ada di Indonesia dalam hal kapasitas bandwidth yang ditawarkan.

Adiwoso mengatakan, proyek satelit Satria ini akan melengkapi jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring sepanjang 12.000 Km yang diselesaikan 2019 lalu. Dengan demikian, daerah-daerah 3T yang mulanya tidak terjangkau internet, bisa terhubung internet berkat infrastruktur fiber optik dan satelit.

Perjanjian kontrak PSN dengan Thales Alenia Space sebelumnya dilakukan  pada 1 Juli 2019 setelah melalui tender internasional.  Sementara dengan SpaceX dilakukan 16 Agustus 2019.

3 dari 3 halaman

Kapasitas 3 Kali Lipat dari 9 Satelit yang Beroperasi untuk Indonesia

Sementara, Menkominfo Johnny G Plate mengatakan, perjanjian ini jadi kesepakatan untuk memulai pekerjaan manufaktur satelit Satria. Ia berharap pada 2023, satelit Satria telah meluncur di orbitnya pada 146 Bujur Timur (BT).

Johnny menyebut, Indonesia saat ini memanfaatkan 5 satelit mandiri dengan kapasitas 30Gbps serta 4 satelit yang disewa dari pihak asing dengan kapasitas 20Gps.

Ia berharap, dengan kapasitas 150Gbps, Satria akan meningkatkan kecepatan internet di seluruh Indonesia, utamanya untuk menggelar layanan 4G di desa dan kelurahan yang belum terkover 4G.

"Beroperasinya Satria dengan kapasitas 150Gpbs atau 3 kali lipat dari kapasitas 9 satelit akan memberikan WiFi gratis di 150.000 titik publik di berbagai wilayah nusantara. Nantinya tiap titik akan tersedia kecepatan minimal 1Mbps," katanya.

Sementara itu, pemerintah pun memproyeksikan kebutuhan akan kapasitas internet hingga 2035 sebesar 0,9 terabit per second. Dengan begitu, saat itu kecepatan internetnya sebesar 20Mbps di tiap wilayah.

(Tin/Isk)

Â