Liputan6.com, Jakarta - Dua super aplikasi seperti Gojek dan Grab merupakan penerapan model ekonomi digital berbasis platform yang mempertemukan konsumen dan mitra secara langsung.
Kedua decacorn ini bahkan telah menggerakkan ekonomi dan memberi kontribusi signifikan bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics serta Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) merupakan dua lembaga riset yang sempat melakukan penelitian terhadap kontribusi ekonomi kedua perusahaan bagi perekonomian nasional.
Advertisement
Baca Juga
Peran penting transportasi online, baik kendaraan roda dua dan empat serta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi pilar dari kontribusi Gojek dan Grab kepada ekonomi nasional.
Pada Gojek, layanan yang berkontribusi adalah GoRide, GoCar, dan GoFood. Sementara Grab ada GrabBike, GrabCar, dan GrabFood. Total kontribusi keduanya pada orang pribadi (pekerja) dan UMKM adalah sekitar Rp 127 triliun pada 2019.
Berdasarkan tabel di atas, dikutip Jumat (4/9/2020), dalam lingkup layanan transportasi orang, baik roda dua dan roda empat, jumlah kontribusi Grab pada 2019 yang mencapai Rp 37 triliun lebih tinggi dari Gojek yang berada di angka Rp 18,8 triliun.
Angka kontribusi yang lebih tinggi dari Grab berkorelasi dengan kehadiran operasi mereka yang jauh lebih luas dari Gojek.
Menurut keterangan resmi keduanya, per Desember 2019, Grab hadir di 222 kota pada bulan Juli tahun yang sama, dan Gojek hadir di 209 kota.
Kontribusi mitra GrabBike naik 67 persen dari Rp 15,6 triliun menjadi Rp 26,2 triliun, sementara mitra GrabCar meningkat jadi Rp 10,8 triliun dari Rp 9,7 triliun, atau tumbuh 11 persen.
Artinya, para mitra tersebut menikmati peningkatan pendapatan, baik dibandingkan dengan pendapatan dari sebelum bergabung dengan Grab bagi mitra baru, maupun dengan pendapatan tahun lalu bagi mitra yang sudah lama bergabung dengan Grab.
Saat dan Sebelum Pandemi
LD FEB UI mengatakan bahwa pada 2019 Gojek telah berkontribusi kepada perekonomian nasional sebesar 104,6 triliun. Naik hampir dua kali lipat dari kontribusi pada 2018 yang mencapai Rp 55 triliun.
Berbeda dengan cara perhitungan riset dari Grab, kontribusi Gojek tersebut dihitung dari selisih pendapatan mitra Gojek sebelum dan sesudah bergabung layanan, GoRide (sepeda motor), GoCar (mobil), GoFood (pengiriman makanan), GoSend (pengiriman barang), Gopay (platform pembayaran) dan efek multiplier.
Kontribusi itu disebut setara dengan 1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Itulah temuan utama dalam penelitian “Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Saat dan Sebelum Pandemi COVID-19.”
Temuan di sektor UMKM makanan yang bermitra dengan dua super aplikasi tersebut menunjukkan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan pendapatan UMKM yang menjadi mitranya.
83 persen UMKM mitra GoFood yang menjadi responden menyatakan mengalami peningkatan volume transaksi setelah menjadi mitra aplikasi tersebut. Rata-rata UMKM mitra GoFood mengalami peningkatan volume transaksi sebesar 47 persen sejak menjadi mitra GoFood.
Mitra GrabFood mengatakan mereka merasakan peningkatan penjualan sebesar 35% sejak bergabung dengan Grab. Kehadiran platform pengiriman makanan ini telah mendorong para pengusaha kecil membuka usaha makanan.
12 persen mitra GrabFood mengatakan mereka akhirnya masuk ke usaha makanan karena kehadiran GrabFood. Sebanyak 16 persen responden menyatakan mereka langsung bergabung dengan Grab sejak hari pertama mereka membuka usahanya.
Advertisement
Mengubah Wajah Bisnis Kuliner
Platform pengiriman makanan terbukti telah mengubah wajah bisnis kuliner. Kemudahan pengiriman menyebabkan makan di tempat (dine-in) bukan lagi menjadi prioritas utama konsumen. Dengan berkurangnya dine-in, pengusaha makanan menghemat biaya untuk tempat dan pelayanan.
Bahkan ada usaha makanan yang sejak awal hanya menyediakan pembelian (takeaway) dan pengiriman (delivery) sehingga struktur dua investasi bisnis restoran bisa ditekan. Ini yang membuat banyak pengusaha dengan modal terbatas berani masuk ke bisnis restoran.
Kedua perusahaan terbilang cukup getol mengukur kontribusi ekonomi mereka pada ekonomi nasional. Paling tidak pada dua tahun terakhir, keduanya mulai melansir riset kontribusi ekonomi masing-masing pihak yang tentu bermanfaat bagi pengayaan wacana publik mengenai kehadiran ekonomi digital.
Ditambah lagi, Gojek dan Grab sama-sama memberi fokus pada upaya memajukan UMKM melalui teknologi digital yang dikembangkan.
Patut Jadi Contoh yang Baik
Kedua startup ini menjadi contoh baik bagaimana kehadiran ekonomi digital memberi kontribusi konkret pada perekonomian nasional, terutama melalui penciptaan lapangan kerja yang pada akhirnya menghasilkan penciptaan atau peningkatan pendapatan.
Dalam laporan riset juga terungkap, kedua perusahaan rintisan ini juga telah menjadi pintu masuk pertama inklusi finansial bagi sebagian masyarakat yang sebelumnya tidak punya akses terhadap sistem dan layanan perbankan.
Setiap riset tentu memiliki kekurangan dan kelebihan, serta konteks, asumsi dan metodologinya sendiri.
Terlepas dari hal tersebut, kehadiran riset-riset ekonomi digital di atas patut diapresiasi karena telah memperkaya wacana publik, terutama karena hasilnya disebarluaskan melalui media massa sehingga dapat dibaca oleh masyarakat.
Ini berbeda dengan penelitian akademis yang hanya diterbitkan di jurnal dan publikasi ilmiah yang sulit diakses masyarakat luas.
(Isk/Why)
Advertisement