Sukses

Memprediksi Sisa Usia Lewat Kalkulator Kematian, Berani Coba?

Kalkulator yang dijuluki Mylongevity diklaim bisa memprediksi kematian seseorang. Kamu berani coba?

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ilmuwan dari University of East Anglia membuat kalkulator untuk memprediksi kematian seseorang, sebagai bagian dari studi baru.

Kalkulator yang dijuluki Mylongevity ini menunjukkan pengaruh berbagai faktor medis dan gaya hidup terhadap harapan hidup.

Profesor Elena Kulinskaya, yang memimpin pengembangan aplikasi, mengatakan orang-orang tertarik dengan harapan hidup mereka, dan itu bukan hanya karena rasa keingintahuan yang tidak wajar.

"Harapan hidup adalah pertimbangan besar dalam perencanaan jangka panjang dan sangat penting bagi orang yang merencanakan tujuan keuangan dan strategi pensiun mereka," kata Elena sebagaimana dikutip dari Mirror, Sabtu (5/9/2020).

Ia berpendapat aplikasi ini juga dapat membantu orang meningkatkan harapan hidup mereka dengan membuat perubahan gaya hidup sehat.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Cara Menggunakan Kalkulator Ini?

Untuk menggunakan kalkulator, klik tautan https://mylongevity.org/calculator. Lalu masukkan data kamu, termasuk nama, usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, dan apakah kamu merokok atau tidak.

Kalkulator kemudian akan memprediksi berapa lama kemungkinan kamu akan hidup, berdasarkan data dari Office for National Statistics.

Elena mengklaim, perangkat lunak yang dikembangkan didasarkan pada penelitian menggunakan catatan kesehatan elektronik.

"Dalam analisis baru-baru ini tentang harapan hidup, kami memantau kelompok yang terdiri dari 110.000 orang sehat dengan usia 60 antara tahun 1990 dan 2000 selama 25 tahun berikutnya. Kami memperbarui status kesehatan mereka setiap enam bulan," ungkap Elena.

 

3 dari 3 halaman

Bisa Bermanfaat untuk Dokter

"Hasil analisis kami diterjemahkan ke dalam harapan hidup untuk 648 profil risiko yang berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin dan postcode. Daftar faktor risiko yang kami gunakan termasuk hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, BMI, risiko serangan jantung dalam 10 tahun, status merokok, dan penggunaan statin," ucap Elena.

Yang mengkhawatirkan, kalkulator ini dikembangkan sebelum pandemi Covid-19, sehingga mengakibatkan penurunan harapan hidup bagi sebagian orang.

Ia meyakini aplikasi buatannya bisa membantu menunjukkan efek relatif dari hal-hal seperti merokok (sebagian besar tidak terpengaruh), dan berupaya menyempurnakannya untuk mengeksplorasi perubahan harapan hidup yang disebabkan oleh pandemi.

Secara keseluruhan, para peneliti berharap kalkulator ini bisa berguna bagi dokter untuk membantu orang melakukan perubahan gaya hidup guna meningkatkan harapan hidup mereka.

(Isk/Why)