Liputan6.com, Jakarta - Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menyebut, perilaku pengguna sangat berubah seiring dengan pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Hal ini pun berdampak pada layanan-layanan yang dihadirkan oleh Gojek.
"Perilaku pengguna berubah sekali, apa yang tadinya bisa offline sekarang tidak bisa karena work from home dan physical distancing. Produk kami, terutama transportasi yang tadinya dipakai untuk ke kantor dan ke sekolah, itu menurun," kata Andre saat menjadi salah satu pembicara acara Ignite Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang ditayangkan live streaming, Sabtu (12/9/2020).
Advertisement
Namun menurut Andre, semua perusahaan pasti mengalami perubahan, tidak hanya karena pandemi tetapi juga karena teknologi, inovasi, pasar atau pun hal lainnya. Untuk itu menurut Andre, perusahaan atau startup perlu punya pola pikir untuk selalu beradaptasi atas kondisi apapun.
"Perusahaan apapun kalau ingin long lasting, harus berpikir bahwa akan selalu ada perubahan. Oleh karena itu, perlu mindset untuk selalu beradaptasi dengan tetap mengikuti apa yang diinginkan pengguna," kata Andre.
Salah satu contoh bentuk adaptasi Gojek saat pandemi Covid-19 adalah fokus menghadirkan higienitas dan keamanan dalam memberikan layanan transportasi ke pengguna. Meskipun Andre menyadari, dalam kondisi pandemi tidak banyak pengguna yang bepergian.
"Kalau untuk konsumen, transportasi memang menurun karena memang tidak ada yang pergi ke mana-mana saat pandemi. Namun, kalau memang pelanggan kami perlu ke luar, kami memfokuskan pada higienitas dan keamanan," tuturnya.
Dalam menghadirkan higienitas dan keamanan baik untuk pengemudi dan pelanggan, Gojek pun memiliki SOP, misalnya selalu mengukur suhu driver hingga pemasangan sekat untuk driver Gocar.
Perkuat di Layanan Pengiriman Makanan dan Logistik
Andre mengatakan, di Gojek dampak pandemi paling parah dirasakan oleh mitra driver roda dua.
"Mitra roda dua kami terkena dampak paling signifikan karena adanya PSBB jadi tidak boleh angkut penumpang," kata Andre.
Namun karena orang harus berada di rumah dan segala kebutuhan dipenuhi dari aktivitas online, diakui Andre banyak order berpindah ke pengiriman makanan, serta pengiriman barang atau logistik.
"Order banyak loncat ke food delivery serta GoSend untuk pengiriman belanja ecommerce. Itu growth tinggi. Belanja grocery online melalui Gomart pun mengalami peningkatan order. Jadi dengan itu semua bisa lebih balance," ujarnya.
Lagi-lagi, untuk membuat pengguna dan driver aman, Gojek pun memiliki standar layanan yang mengutamakan higienitas dan kesehatan. Tidak hanya itu, Gojek juga berupaya mendukung bisnis merchant untuk go online lebih cepat agar tetap bertahan di kondisi pandemi.
"Di Gojek, kami membantu bisnis untuk go online lebih cepat, teknologi kami hadirkan untuk membantu mendukung merchant go online, sehingga banyak kesempatan baru," tuturnya.
Intinya, menurut Andre, untuk bisa bertahan dalam segala kondisi, startup perlu memiliki mindset untuk terus beradaptasi, namun tetap berfokus pada core bisnis masing-masing.
Advertisement
Perlunya Mindset Adaptasi bagi Startup dan Bisnis
Andre menggarisbawahi, semua perubahan itu bukannya baru dipersiapkan karena Covid, tetapi sejak awal memang sudah dipersiapkan karena sadar dengan adanya perubahan yang mungkin terjadi.
"Dari awal, Gojek tidak pernah menjadi perusahaan transportasi online, tetapi kami adalah platform ekosistem. Kami menjadi partner untuk mengantarkan orang, makanan, barang, hingga pembayaran dengan dukungan mitra," kata Andre.
Dengan bergesernya kebutuhan pengguna yang tetap dapat dipenuhi Gojek melalui berbagai layanannya, Andre menyebut, Gojek cukup tahan menghadapi pandemi. Namun adaptasi tidak selesai begitu saja. Andre mengatakan, semua ini menjadi pembelajaran, karena situasi serupa mungkin akan terjadi lagi.
"Ini (situasi pandemi) jadi pembelajaran dan pengalaman, dengan begini bagaimana kami membangun fundamental lebih bisa diterima. Jadi bukan hanya cara operasi tetapi teknologi underline dibangun, bagaimana kami menyesuaikan, mengubah alur operasi untuk bisa bertahan. Bagaimana kami membangun infrastruktur yang lebih adaptif dan agile untuk semua orang," katanya, memetik pembelajaran dari pandemi yang terjadi.
Terakhir, Andre pun berpesan pada startup atau pelaku bisnis untuk tidak terjebak dalam pemikiran memperkirakan kapan masalah berakhir.
Dalam hal pandemi misalnya, ia mengajak untuk tidak terjebak dalam pemikiran menunggu pandemi enam bulan selesai baru kemudian merencanakan langkah berikutnya.
"Karena enam bulan nggak selesai, jadi harus persiapkan, apa yang harus dipersiapkan, apa yang harus dilakukan dan perubahan apa yang diambil untuk bisa bertahan," katanya.
(Tin/Isk)