Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak dimungkiri telah menyebabkan tekanan di banyak bisnis di Indonesia, begitu pula startup. Tak hanya startup kecil, startup yang menyandang status unicorn pun bisa terdampak pandemi.
Namun di tengah kondisi yang sulit ini, beberapa startup masih cukup tahan di tengah pandemi Covid-19, terutama startup yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan ritel makanan.
Advertisement
Baca Juga
Diungkapkan Analis MNC Sekuritas Victoria Venny, salah satu pemicu startup bertahan dengan baik karena kebijakan bekerja dan belajar dari rumah menjadi katalis positif bagi startup di sektor tersebut.
“Memang beberapa perusahaan rintisan masih memiliki potensi yang bagus. Namun jika investor ingin masuk ke perusahaan rintisan, kita harus melihat valuasinya terlebih dahulu, apakah valuasinya mahal atau murah,” kata Venny dalam keterangan yang diterima, Minggu (13/9/2020).
Dia menambahkan, melihat valuasi perusahaan rintisan memang berbeda dengan perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pasalnya, selama ini jika analis ingin melihat aset perusahaan yang ada di BEI, mereka melihat dari valuasi gedung, mesin, atau tanah. Namun tidak demikian dengan perusahaan rintisan.
Venny mengatakan, startup dilihat berdasarkan jumlah pengguna serta database konsumen yang mengakses startup tersebut. Dia mengakui, saat ini ada banyak perusahaan yang terdaftar di BEI untuk bersinergi dengan startup.
Sinergi
Hal ini, dilakukan karena perusahaan konvensional tengah mencari alternatif pendapatan lainnya dari non-core bisnis mereka.
“Karena yang berharga dari perusahaan adalah database konsumen, maka saat ini banyak perusahaan jasa maupun non-jasa melakukan transformasi dalam mengembangkan bisnisnya dengan berinvestasi di perusahaan rintisan," tuturnya.
Menurut Venny, saat ini perusahaan konvensional berupaya mengembangkan layanan baru melalui teknologi digital.
Tujuannya adalah demi mendapatkan sumber pendapatan baru, untuk menggantikan sumber pendapatan yang telah melambat pertumbuhannya.
Advertisement
Perusahaan Konvensional Suntik Modal ke Startup
Sekadar informasi, ini beberapa perusahaan besar sudah berinvestasi di bisnis startup. Ambil contoh Astra International Tbk yang bersama dengan modal ventura, EverHaus, berinvestasi di bisnis logistik Trukita. Tak hanya itu, Astra juga berinvestasi di Gojek hingga 2 kali.
Contoh lainnya adalah Telkom yang memiliki beberapa startup binaan, seperti Qlue, Kredivo, PrivyID, Nodeflux, Kata.ai, eFishery, ChatAja, hingga Anchanto.
Belum lagi, perbankan seperti BRI melalui BRI Ventures, Program Dana Ventura Sembrani Nusantar ikut berinvestasi di startup. Pendanaan ini akan difokuskan untuk seed-growth stage yang terdiri dari seed funding dan pendanaan awal Seri A (Series A).
Dengan dana Rp 300 miliar, Dana Ventura Sembrani Nusantar akan mencari perusahaan 10-15 startup di early stage pada sektor finansial, pendidikan, agro maritim, ritel, transportasi, dan kesehatan.
(Tin/Isk)