Liputan6.com, Jakarta - Segitiga Bermuda sejak lama menjadi momok bagi kapal dan pesawat yang melintas di atasnya. Sebab, titik yang berada di Samudra Atlantik antara Puerto Rico, Bermuda, dan Miami ini disebut menjadi tempat hilangnya 50 kapal dan 20 pesawat.
Dikutip dari Business Insider, Senin (14/9/2020), kisah Segitiga Bermuda ini sudah dimulai sejak 1609. Pada masa itu, sejumlah kapal dilaporkan karam saat melintas di wilayah ini.
Pengalaman menyeramkan di Segitiga Bermuda juga sempat dialami Christopher Columbus. Saat pelayaran pertamanya menuju dunia baru, dia melihat ada api menyambar ke air dan menyebabkan cahaya aneh di kejauhan.
Advertisement
Kisah seputar wilayah ini pun makin meluas saat kapal Ellen Austin berlayar dari Liverpool ke New York. Dalam pelayaran itu, mereka mengaku berpapasan dengan kapal hantu saat melintasi Segitiga Bermuda.
Baca Juga
Pengalaman di wilayah itu juga dialami oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada 1918. USS Cyclops dilaporkan menghilang tanpa bekas dengan 309 kru saat berlayar dari Karibia menuju Baltimore.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Tidak Terlalu Mengerikan
Kisah kapal laut Amerika Serikat ini kian misterius, sebab USS Cyclops dilaporkan sudah dibekali peralatan dan perlengkapan sinyal yang terbilang mumpuni di masanya.
Kisah lain yang juga cukup diingat adalah Flight 19 saat Perang Dunia II. Kisah ini terjadi ketika tim penerbang Angkatan Udara Amerika Serikat yang sedang berlatih dan tiba-tiba menghilang.
Tidak hanya dialami kendaraan angkatan bersenjata, sejumlah pesawat komersial pun sempat dilaporkan hilang.
Akibat deretan kasus tersebut, Segitiga Bermuda pun dicap mengerikan dengan sejumlah teori yang mengaitkannya dengan tenaga mistis, bahkan alien sebagai penyebab.
Meski dianggap mengerikan dan menyimpan misteri, lokasi Segitiga Bermuda ternyata tidak pernah dianggap benar-benar berbahaya.
Advertisement
Temuan Terbaru
Menurut Pemerintah Amerika Serikat, lokasi ini tidak termasuk dalam daftar yang dianggap mengancam dan tidak ada bukti yang mendukung bahwa hilangnya kapal maupun pesawat di wilayah lebih banyak daripada wilayah lain.
Selain itu, para ilmuwan juga mengaitkan peristiwa tersebut dengan kejadian alam. Beberapa di antaranya adalah perubahan cuaca yang cepat dan parah, perairan yang dangkal, dan letusan gas metana di dasar laut.
Temuan terbaru juga membuktikan kapal yang hilang di wilayah ini bukannya tanpa jejak. Hal itu dipastikan setelah bangkai kapal SS Cotopaxi yang dianggap menghilang secara misterius pada 1925 berhasil ditemukan.
(Dam/Ysl)