Sukses

Sektor Finansial Jadi Potensi Terbesar di Startup

Menurut Head of Research Business Trimegah Securities Sebastian Tobing, bidang yang nantinya diprediksi besar dari startup adalah layanan finansial.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pandemi tidak dimungkiri telah berdampak bagi sejumlah startup, terutama yang bergerak di bidang travel. Namun ada beberapa startup yang masih bisa bertahan di masa seperti ini.

Menurut Head of Research Business Trimegah Securities Sebastian Tobing, salah satu startup yang akan bertahan adalah ride-hailing, seperti Grab dan Gojek. 

"Memang layanan ride hailing akan mengalami tekanan, tapi Grab dan Gojek saat ini sangat terbantu dengan divisi food-nya," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (21/9/2020).

Bisnis dua perusahaan itu juga disebut masih menjanjikan, mengingat keduanya juga sudah mengembangkan bisnis ke berbagi bidang, termasuk salah satunya adalah kesehatan. 

Kendati demikian, menurut Sebastian, dari layanan yang ada saat ini, bidang yang nantinya diprediksi akan besar dari dua startup tersebut adalah sektor finansial.

Kondisi ini memang terjadi di banyak startup, baik yang mengembangkan ride hailing maupun tidak. Jadi, perusahaan tersebut secara alamiah akan mengembangkan layanannya ke arah finansial.

Hal itu diprediksi juga akan terjadi di seluruh platform digital di Indonesia. Adapun layanan yang diberikan beragam, seperti memberikan kredit mikro atau menawarkan produk asuransi.

"Prospeknya sangat besar di industri finansial. Saat ini, Gojek dan Grab juga sudah mengarah ke industri finansial. Contohnya, mereka sudah memberikan pinjaman ke restoran yang menjadi mitra," tuturnya melanjutkan.

Berbekal data yang dimiliki, baik Grab dan Gojek juga mampu mengetahui mitra dengan penjualan baik. Karenanya, apabila ada mitra yang mengajukan pinjaman, kedua startup itu sudah memiliki data yang valid.

"Dengan data yang bagus, saya yakin dua platform itu saat memberikan kredit mikro, akan memiliki NPL (Non Performing Loan) rendah. Berbeda dari perusahaan fintech yang tidak memiliki data bagus, sehingga NPL-nbya menjadi lebih besar," ujar Sebastian lebih lanjut.

2 dari 3 halaman

Eks Bos Indosat: Banyak Investor Mau Suntik Dana ke Startup di Masa Pandemi, tapi...

Di sisi lain, pandemi Covid-19 tidak mengurangi minat angel investor untuk menyuntik dana ke startup atau perusahaan rintisan. Bahkan kabarnya, para investor justru makin rajin investasi di startup.

Investasi tersebut dilakukan dengan penuh hati-hati dan selektif dalam pemilihan startup. Demikian dikatakan oleh Mantan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli yang kini juga merupakan angel investor.

Alex, begitu biasa dipanggil, mengakui saat ini masih banyak investor baik di luar maupun dalam negeri yang mencari perusahaan rintisan untuk disuntik dana.

Dikatakan Alex, perusahaan penyuntik dana membuat startup kian besar dan maju.

"Tujuan perusahaan konvensional berinvestasi di startup selain mencari potensi pendapatan dari non-core bisnis yang selama ini digeluti, juga mencari teknologi atau inovasi yang mungkin bisa dikolaborasikan dengan bisnis yang dijalankan selama ini," kata Alex.

Menurutnya, perusahaan konvensional mau menyuntikkan dana kepada startup yang tahan terhadap dampak pandemi.

"Mereka akan memilih perusahaan rintisan yang tidak bakar uang dan memiliki profitabilitas yang jelas untuk beberapa tahun kedepan. Seperti startup yang mengerjakan segmen business to business," katanya.

Salah satunya, kata Alex, adalah startup Redkendi yang disuntik dana oleh Alexander Rusli. 

 

3 dari 3 halaman

Alasan Investasi

Ia pun membeberkan alasan mengapa dia berinvestasi di startup Redkendi. "Karena target market yang dibidik perusahaan rintisan tersebut jelas dengan menyasar target market business to business yang berpotensi memiliki profitabilitas lebih jelas di masa mendatang," tuturnya.

“Investor sekarang lebih selektif. Seperti BCA atau Telkom yang ikut berinvestasi di perusahaan rintisan. Mereka akan sangat berhati-hati dalam berinvestasi di perusahaan rintisan," kata Alex.

Lebih lanjut dia menyebut, ketika perusahaan konvensional berinvestasi, mereka banyak menimbang risiko dan potensi bahwa bisnis startup yang akan diinves bisa sinergi dengan bisnis perusahaan. Investasi pun, kata Alex, dilakukan secara bertahap.

"Kalau mereka confident, investasi besar baru mereka keluarkan. Jadi wajar saja jika saat ini Telkom, BCA atau BRI berinvestasi di startup,” terang Alex.

Untuk meminimalisasi risiko berinvestasi di perusahaan rintisan, perusahaan besar seperti Telkom, BCA dan BRI tak akan masuk ke tahap awal. Disebutkannya, perusahaan konvensional akan masuk di stage tengah. 

(Dam/Ysl)