Sukses

Twitter Minta Maaf soal Algoritma Cropping Foto Rasis

Twitter menyampaikan permintaan maaf atas algoritma cropping (pemotongan) foto yang dinilai rasis.

Liputan6.com, Jakarta - Twitter menyampaikan permintaan maaf atas algoritma cropping (pemotongan) foto yang dinilai rasis. Hal ini disebabkan fitur tersebut secara otomatis hanya fokus pada wajah berkulit putih.

Dilansir dari The Guardian, Selasa (22/9/2020), Twitter mengatakan telah menguji layanan tersebut untuk mencari bias sebelum menggunakannya. Namun, perusahaan mengakui tidak cukup jauh melakukannya.

Twitter memotong foto secara otomatis agar tidak memakan terlalu banyak ruang di feed utama, dan memungkinkan beberapa foto ditampilkan di dalam twit yang sama. Perusahaan menggunakan beberapa tool algoritma untuk fokus pada bagian-bagian paling penting dari gambar, mencoba memastikan bahwa wajah dan teks tetap berada di bagian foto yang dipotong.

Para pengguna mulai melihat kekurangan fitur tersebut pada akhir pekan lalu. Orang pertama yang menyoroti masalah ini adalah mahasiswa PhD, Colin Madland, ketika ia sedang menyoroti bias rasial berbeda di layanan Zoom. Madland berkulit putih.

Ketika Madland mengunggah sebuah foto dirinya dan rekannya berkulit hitam yang telah dihapus dari Zoom karena algoritma gagal mengenali wajah, Twitter secara otomatis memotong foto tersebut dan hanya menampilkan Madland.

2 dari 3 halaman

Eksperimen Pengguna Lain

Para pengguna lain menyusul dengan eksperimen berbeda, termasuk pengusaha Tony Arcieri, yang menemukan algoritma Twitter secara konsisten memotong foto senator AS Mitch McConell dan Barack Obama. Namun pemotongan gambar tersebut pada akhirnya menyembunyikan foto Obama.

Hasil yang sama juga ditemukan pada foto model serta karakter Simpson, Lenny dan Carl. Bahkan juga untuk golden dan black labrador.

 

3 dari 3 halaman

Pernyataan Twitter

Juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa perusahaan akan meneliti lebih lanjut.

"Tim kami melakukan pengujian bias sebelum merilisnya dan tidak menemukan bukti bias rasial atau jenis kelamin di dalam pengujian kami. Namun jelas dari contoh-contoh ini, kami akan melakukan analisis lebih lanjut," jelasnya.

"Kami akan terus membagikan apa yang kami pelajari, tindakan apa yang kami ambil, dan akan membuka sumber analisis kami sehingga orang-orang bisa meninjau dan mereplikasi," sambungnya.

(Din/Why)

Video Terkini