Liputan6.com, Jakarta - Garmin membenamkan teknologi pengisian daya matahari (solar power) ke seri Fenix 6 dan Instinct Solar. Rian Krisna, Country Manager di Garmin Indonesia, menyatakan keunggulan kedua seri jam tangan itu antara lain terletak pada daya tahan baterai.
"Pada seri Instinct Solar, uang kami unggulkan di sini, produk kami punya longer battery life dan teknologi Solar Power Glass. Jadi layar akan terlihat lebih jelas, jernih, dan durabel," kata Rian kepada awak media dalam sesi konferensi pers daring, Kamis (24/9/2020).
Selain itu, Rian juga menegaskan bahwa perangkat di kedua seri ini memiliki tingkat konversi tenaga surya menjadi listrik tinggi.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk solar charging, dibandingkan dengan industry standard, teknologi Solar kami lima kali lebih unggul," tutur Rian.
Seperti beberapa seri jam tangan Garmin lainnya, Instinct Solar juga telah mengantongi sertifikasi MIL-STD-810G. Artinya, perangkat dengan sertifikasi tersebut dinyatakan memenuhi standar perangkat yang dipakai di sektor militer.
Sensor di perangkat ini juga sudah mengalami peningkatan dibandingkan seri Instinct biasa.
"Sensor heart rate di Instinct Solar tetap berfungsi meski di dalam air, jadi bisa dipakai untuk berenang, surfing, dan open water swimming. Sensor ini juga kita upgrade jadi bisa menghitung saturasi oksigen di dalam darah," tutur Rian.
Soal daya tahan baterai, dengan kondisi GPS aktif Instinct Solar bisa menyala hingga 38 jam dari yang awalnya hanya 30 jam. Sementara ketika mode Max Battery GPS aktif, baterai bertahan hingga 75 jam dari yang tadinya 70 jam saja.
Lalu ketika GPS mati dan fitur smartwatch aktif, baterai bertahan hingga 30 hari dari yang tadinya 24 hari saja. Di mode Expedition GPS Activity, baterai menyokong perangkat untuk menyala selama 50 hari dari yang awalnya 28 hari.
Fenix 6 Solar
Seri Fenix 6 Solar terdiri dari tiga model, yakni 6s Pro Solar (1,2 inci), 6 Pro Solar (diameter 1,3 inci), dan 6x Pro Solar (diameter 1,4 inci).
Pengguna dapat memaksimalkan fitur di Instinct dan Fenix 6 Solar untuk kegiatan outdoor mulai dari climbing, hiking, dan lainnya.
"Di fitur Climb Pro, saat kita mau mendaki, misalnya, mendaki Gunung Gede, dari awal kita sudah tahu, ada berapa tanjakan sampai ke puncak gunung. Tapi sebelum itu memang kita harus sudah ada dulu rutenya di jam, atau sudah pernah pakai rute itu di jam," kata Rian.
Selain tanjakan, data lainnya termasuk kemiringan rute dan beberapa data lainnya. Menurut Rian, data ini sangat berguna untuk mengatur strategi saat pengguna hendak mendaki, terutama pemula.
Untuk mereka yang gemar bersepeda, tersedia fitur MTB Dynamics yang dapat mengukur performa selama bersepda.
"Ada yang namanya grid dan flow. Grid ini menilai seberapa sulit rute yang dilalui. Kalau flow, seberapa mulus rutenya. Bahkan bisa juga ukur airtime ketika jumping," tutur Rian.
Advertisement
VO2 Max
Sebagai perangkat penunjang olahraga, kedua seri perangkat ini juga dapat mengukur VO2 Max. Rian menyebut VO2 Max merupakan standar acuan untuk tingkat kebugaran.
"Makin tinggi VO2 Max, makin bagus. Misalnya, kalau orang baru naik beberapa anak tangga sudah ngos-ngosan, itu dia punya VO2 Max rendah. Dari situ ketahuan, berarti orang itu harus meningkatkan kemampuan aerobic," kata Rian.
Beralih ke saturasi oksigen, Rian menegaskan bahwa hasil pengukuran perangkat Garmin tidak dapat disejajarkan dengan hasil pengukuran alat medis. Namun, kata dia, data tersebut setidaknya dapat menjadi gambaran awal, yang kemudian divalidasi dengan hasil pengukuran alat medis.
Soal harga, Fenix 6 Solar dibanderol di Indonesia mulai 13,499 juta. Sementara Instinict Solar dibanderol mulai Rp 6,99 juta.