Liputan6.com, Jakarta - Google membentuk sebuah tim keamanan khusus Android. Tim ini bertugas untuk menemukan kerentanan di aplikasi-aplikasi sensitif yang ada di Google Play Store.
Google pun membuka lowongan bagi ahli keamanan untuk bergabung dalam tim khusus Android ini.
Advertisement
Baca Juga
"Sebagai seorang Security Engineering Manager di Android Security, tim kamu akan penilaian keamanan terhadap aplikasi Android pihak ketiga yang sangat sensitif di Google Play," kata Google dalam deskripsi lowongan pekerjaan yang diunggah Rabu lalu, seperti dikutip dari ZDNet, Senin (5/10/2020).
Lebih lanjut, disebutkan, tim ini nantinya akan mengidentifikasi kerentanan dan memberikan panduan perbaikan kepada pengembang aplikasi terdampak.
Menurut Software Engineering Manager untuk Google Play Protect Sebastian Porst, aplikasi yang difokuskan oleh tim ini adalah pelacakan kontak Covid-19 serta aplikasi yang berhubungan dengan pemilihan umum.
Diapresiasi Pakar Keamanan
Tim ini akan menindaklanjuti pekerjaan yang dilakukan oleh peneliti kemaanan dalam program bug bounty Google. Program ini terbatas pada aplikasi yang memiliki lebih dari 100 juta pengguna.
Langkah Google inipun mendapatkan tanggapan positif dari analis malware mobile di perusahaan keamanan ESET Lukas Stefanko.
"Ini merupakan langkah yang bagus. Menemukan masalah keamanan dengan dampak serius tidaklah mudah dan membutuhkan waktu serta pengalaman yang banyak," tutur Stefanko.
Advertisement
Banyak Aplikasi Jahat
Google memang kerap kali dikritik karena kegagalannya mengatasi malware yang ada di aplikasi Android. Padahal, sebelum aplikasi dari pengembang masuk ke toko aplikasi, Google melalui Play Protect telah memindai aplikasi-aplikasi tersebut.
Belum lama ini, Google baru saja menghapus 17 aplikasi Android yang terinfeksi malware Joker dari toko aplikasi perusahaan, yaitu Play Store.
Adapun ke-17 aplikasi yang terinfeksi malware Joker ini ditemukan oleh peneliti keamanan dari Zscaler.
"Spyware ini dibuat untuk mencuri pesan SMS, daftar kontak, dan informasi perangkat korban," ucap Viral Gandhi, salah satu tim peneliti keamanan Zscaler, sebagaimana dikutip dari Zdnet, Senin (28/9/2020).
Tak hanya itu, spyware ini juga diam-diam mendaftarkan korban ke layanan protokol aplikasi nirkabel (wireless application protocol, WAP) premium."
Adapun ke-17 aplikasi yang terinfeksi malware Joker itu diunggah ke Play Store pada bulan ini, dan sudah diunduh lebih dari 120 ribu kali sebelum terdeteksi.
(Tin/Isk)