Sukses

Waspada, Ransomware Android Ini Mampu Bajak Tombol Home di Ponsel

Bernama AndroidOS/MalLocker.B, ransomware ini bersembunyi di dalam aplikasi Android yang terpasang dan dapat diunduh dari forum online dan situs web pihak ketiga.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah ransomware mobile jenis baru yang menyalahgunakan fitur notifikasi incoming call (panggilan masuk), dan tombol Home mampu mengunci layar perangkat pengguna.

Bernama AndroidOS/MalLocker.B, ransomware ini bersembunyi di dalam aplikasi Android yang terpasang dan dapat diunduh dari forum online dan situs web pihak ketiga.

Serupa dengan jenis ransomware Android lainnya, MalLocker.B tidak benar-benar mengenkripsi file korban tetapi hanya mencegah korbannya mengakses ke bagian ponsel lainnya.

Setelah menginfeksi smartphone, ransomware akan mengambil alih layar ponsel dan mencegah pengguna menutup catatan meminta tebusan, sebagaimana dari ZDnet, Senin (12/10/2020).

Untuk melancarkan aksi penipuan, pelaku kejahatan membuat catatan agar terlihat seperti pesan dari penegak hukum.

Adapun catatan tersebut bertuliskan, pengguna atau korban telah melakukan kejahatan dan harus membayar denda dengan nominal tertentu.

“Varian ransomware mobile baru ini merupakan temuan penting, karena malware tersebut menunjukkan perilaku yang belum pernah terlihat sebelumnya,” jelas tim riset dan keamanan Microsoft di dalam blog perusahaan.

 

2 dari 3 halaman

Ransomware yang Umum

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Lebih lanjut, ransomware yang menyamarkan diri sebagai denda polisi palsu ini merupakan jenis ransomware Android paling populer selama lebih dari setengah dekade.

Seiring waktu, jenis malware ini telah menyalahgunakan beragam fitur dan fungsi sistem operasi Android agar pengguna smartphone terkunci di laman utama mereka.

Sebelumnya, pelaku kejahatan juga mengeksploitasi fitur System Alert atau menonaktifkan fungsi agar dapat berinteraksi dengan tombol ponsel.

 

3 dari 3 halaman

240 Lebih Aplikasi Android Ternyata Adware

Ilustrasi Hacker

Peneliti keamanan White Ops mengungkap ada 240 aplikasi Android yang ternyata berperilaku tidak wajar, yakni menampilkan out-of-context ads.

Out-of-context ads merupakan iklan yang muncul di luar aplikasi atau saat pengguna sedang tidak membuka sebuah aplikasi. Iklan semacam ini dapat muncul sebagai pop-up bahkan memenuhi seluruh layar.

Mengingat aktivitasnya mengganggu pengguna, sejak Februari tahun ini, Google sudah memblokir lebih dari 600 aplikasi yang menjalankan praktik semacam ini.

(Ysl/Why)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: