Sukses

Twitter Batasi Fitur Retweet untuk Perangi Disinformasi Jelang Pilpres AS

Twitter menyebut, untuk mengurangi disinformasi dan hoaks jelang Pilpres AS, pihaknya akan menerapkan pembatasan pada Retweet.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini media sosial menawarkan fitur untuk membagikan ulang sebuah unggahan. Di Twitter misalnya, fitur ini bernama Retweet.

Sayang, terkadang informasi yang dibagikan ulang atau diteruskan bisa mengandung disinformasi.

Kini, berkaitan dengan kian dekatnya Pilpres Amerika Serikat (AS) pada 3 November mendatang, Twitter akan memberlakukan perubahan sementara di platformnya.

Dalam keterangannya, Twitter menyebut, akan memberikan label pada tweet berisi klaim kemenangan yang salah. Label tersebut akan diarahkan langsung ke laman Pilpres resmi di Twitter.

Selanjutnya, Twitter juga menerapkan cara untuk mengurangi penyebaran disinformasi dan hoaks di platformnya dengan membatasi Retweet.

Mulai minggu depan, ketika seorang pengguna me-retweet sebuah cuitan yang telah mendapatkan label "misleading" alias tidak benar, mereka akan melihat sebuah prompt yang mengajak pengguna untuk mencari sumber yang lebih kredibel.

Menurut Twitter, ketika pengguna mencoba untuk me-retweet sebuah unggahan, pengguna didorong untuk menambahkan komentar guna memberikan konteks pada cuitannya, alih-alih langsung me-retweet begitu saja.

2 dari 3 halaman

Retweet dengan Metode Quote Tweet

"Kami berharap ini akan semakin mengurangi visibilitas informasi yang menyesatkan dan mendorong orang mempertimbangkan kembali, saat ingin memperkuat tweet melalui fitur Retweet," kata Twitter, seperti dikutip dari Engadget, Senin (12/10/2020).

Twitter berencana untuk menggulirkan perubahan ini ke pengguna di seluruh dunia pada 20 Oktober mendatang. Perubahan ini bersifat sementara, paling tidak hingga Pilpres AS dianggap selesai.

3 dari 3 halaman

Tak Lagi Tampilkan Rekomendasi Disukai dan Diikuti

Bukan hanya itu, Twitter mengatakan, akan menghentikan penayangan rekomendasi berdasarkan keterangan "liked by" (disukai oleh) dan "followed by" (diikuti oleh) dari timeline pengguna.

Dengan begitu, pengguna tidak bisa melihat rekomendasi cuitan dari orang yang tidak diikutinya.

"Hal ini diyakini akan mengurangi jangkauan cuitan dari topik dan akun yang tidak diikuti pengguna. Ini akan menjadi pengorbanan yang sebanding untuk mendorong cuitan-cuitan yang lebih bijaksana," kata Twitter.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: