Sukses

Ukur Kadar Oksigen dalam Darah hingga Tingkat Stres dengan Garmin Instinct Solar

Selain bertenaga surya, beberapa kelebihan dari Garmin Instinct Solar termasuk sensor dan fungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam darah hingga pelacak stres.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pembeda utama antara jam tangan cerdas (smartwatch) dengan jam tangan biasa adalah sensor.

Dulu, kebanyakan jam tangan pintar hanya dibekali sensor pengukur detak jantung (heart rate). Namun dari waktu ke waktu, pabrikan merilis produk yang kemampuan sensornya terus mengalami peningkatan.

Terkini, Garmin sebagai salah satu perusahaan yang dikenal sering merilis produk berkaitan dengan olahraga dan GPS ini memboyong jam tangan bertenaga surya Garmin Instinct Solar.

Dibandingkan dengan pendahulunya, sensor di seri terbaru ini telah mengalami peningkatan fungsi. Salah satunya, sensor di Garmin Instinct Solar dapat mengukur saturasi oksigen di dalam darah (Pulse OX). 

  • Pulse OX

Saturasi oksigen di dalam darah dinyatakan dalam persentase. Menurut organisasi nirlaba di bidang kesehatan Mayo Clinic, saturasi oksigen dalam darah normal berada di kisaran 95 hingga 100 persen.

Di bawah 90 persen, saturasi oksigen di dalam darah dikategorikan sangat rendah. Istilah klinis yang merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami kekurangan kadar oksigen di dalam darah adalah hipoksemia.

Perlu diketahui, saturasi oksigen di dalam darah memang berpengaruh langsung terhadap kebugaran seseorang. Belakangan, hal ini juga sempat menjadi perbincangan lantaran sebagian orang yang dinyatakan positif Covid-19 memiliki kadar oksigen dalam darah rendah. Saat itu sebagian orang terpacu untuk membeli alat pengukur oksigen dalam darah.

Skor Pulse OX di aplikasi Garmin Connect hasil pengukuran Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Menurut pengalaman saya mengenakan Garmin Instinct Solar, beberapa kali selepas berolahraga kadar oksigen dalam darah saya selalu mencapai 99 atau 100 persen. Di luar itu, angkanya berada di rentang normal antara 95 dan 100 persen.

Dibandingkan dengan pengukuran detak jantung saja, proses pengukuran Pulse OX berlangsung lebih lama. Kadang kala, prosesnya tidak berhasil dalam satu kali pengukuran dan saya mesti mengulangi proses itu.

Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran standar alat medis, Garmin menekankan bahwa hasil pengukuran Pulse OX di produknya memang tidak dapat disetarakan. 

Namun di sisi lain, perusahaan meyakini bahwa kehadiran fitur ini dapat membantu pengguna untuk memantau dan memberikan wawasan penting yang menyangkut kesehatannya.

  • VO2Max

Fitur lain yang tak kalah penting adalah VO2Max. Barangkali di antara kamu ada yang pernah dengar istilah ini, kalau sering mengikuti berita tentang olahraga.

Singkat kata, VO2Max dapat dipahami sebagai serapan oksigen maksimal atau kapasitas aerobik maksimal. Secara istilah, ia merupakan laju konsumsi oksigen maksimal yang diukur selama latihan intens.

Skor VO2Max di aplikasi Garmin Connect hasil pengukuran Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Saya pernah beberapa kali mengukur VO2Max. Salah satu hasilnya, skor VO2Max saya mencapai 52 dan untuk laki-laki dengan berat dan tinggi badan saya, skor itu berada di antara 25 persen skor terbaik.

Bahkan, skor itu juga disebut setara dengan skor VO2Max standar laki-laki berumur 20 tahun, meski saya sebetulnya 10 tahun lebih tua.

Namun sama seperti Pulse OX, hasil pengukuran VO2Max di Garmin Instinct Solar juga sebetulnya tidak dapat disetarakan dengan hasil pengukuran standar medis.

2 dari 4 halaman

Stress Tracking

Stress Tracking memungkinkan pengguna untuk mengetahui tingkat stres mereka dengan merujuk pada data variabilitas detak jantung.

Pada praktiknya, perangkat Garmin menggunakan data detak jantung untuk menentukan jeda atau interval antara setiap detak jantung.

Berapa lama jeda antar detak jantung itu berlangsung, diatur secara otonom oleh sistem saraf.

Skor Tingkat Stres di aplikasi Garmin Connect hasil pengukuran Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Jika interval antara detak jantung semakin bervariasi, berarti tingkat stres tubuh si pengguna lebih tinggi. Sebaliknya, apabila jeda antara detak jantung tidak terlalu bervariasi, berarti tingkat stres pun lebih rendah.

Tingkat stres ini dinyatakan dalam satuan 1 hingga 100. Angka ini dapat menjadi indikator bagi pengguna untuk berhenti dari melakukan aktivitas dan beristirahat.

Advanced Sleep Monitoring

Pengukuran kualitas tidur diperkirakan salah satunya berdasarkan pada detak jantung dan pergerakan selama tidur. Garmin membuat kategorisasi kualitas tidur menjadi empat, yakni Deep, Light, REM (Rapid Eye Movement), dan Awake.

Untuk menentukan pada fase tidur mana seseorang berada atau terjaga karena suatu hal, Garmin menggunakan gabungan analisis data photoplethysmography (PPG) dan actigraphy (ACT).

Proses ini melibatkan perubahan detak jantung, di mana data detak jantung lebih tidak menentu pada fase REM dan lebih rendah pada fase lainnya.

Skor Kualitas Tidur di aplikasi Garmin Connect hasil pengukuran Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Proses ini juga mempertimbangkan variabilitas detak jantung selama tidur. Hal lain yang juga turut diperhitungkan adalah pergerakan yang terpantau oleh sensor akselerometer.

Berdasarkan pengalaman saya, tidur dalam waktu lama tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas tidur itu sendiri. Cukup sering saya tidur selama 6 hingga 8 jam, tetapi saya mengalami fase Deep Sleep sebentar saja, bahkan tidak untuk satu menit pun. Namun untuk rentang durasi tidur yang sama, saya juga cukup sering mengalami fase Deep Sleep antara 1 hingga 4 jam. 

Beberapa kali saya membuat catatan dan membandingkan aktivitas apa saja yang saya lakukan seharian sebelum tidur.

Saya menemukan satu kesimpulan berdasarkan pengalaman empiris saya, yakni apabila konsumsi air pada hari tersebut tinggi, kualitas tidur saya cenderung baik dan itu berlaku sebaliknya. Selain itu, seberapa berat dan padat aktivitas di hari itu juga berpengaruh.

3 dari 4 halaman

Body Battery

Layaknya kendaraan atau alat elektronik, ada indikator Body battery yang skornya dihitung berdasarkan pada kombinasi analisis detak jantung, tingkat stres, kualitas tidur, dan data aktivitas lainnya.

Body Battery di perangkat Garmin berkisar antara 0 hingga 100 dengan rincian: 0 hingga 25 (rendah), 26 hingga 50 (sedang), 51 hingga 75 (tinggi), dan 76 hingga 100 (sangat tinggi).

Skor Body Battery di aplikasi Garmin Connect hasil pengukuran Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Penghitungan Body Battery di perangkat Garmin menggunakan algoritma dari Firstbeat Analytics, perusahaan Finlandia yang pada pertengahan tahun ini diakusisi oleh Garmin.

Angka body battery dapat berkurang dan bertambah. Tentu, ia akan berkurang seiring dengan aktivitas yang dilakukan sepanjang hari, terlebih jika aktivitas pada hari itu jauh lebih banyak dan berat dibandingkan dengan rata-rata aktivitas rutin harian. 

Untuk meningkatkan kembali body battery, ada dua cara simpel yang dapat ditempuh, yakni beristirahat dan tidur.

Pada awalnya saya punya ekspektasi rendah atas fitur ini, tetapi belakangan saya berubah pikiran. Di satu sisi, jam tangan ini tahu persis ketika saya mengisi Body Battery yang telah terkuras dengan cara beristirahat dan minum cukup air. Di sisi lain, ketika saya memforsir tenaga saya seharian tanpa istirahat memadai, kesimpulan pada skor Body Battery tidak begitu bagus. 

4 dari 4 halaman

Kesimpulan

Saya akan memaklumi siapa pun yang merasa skeptis dengan kemampun sensor, fitur, dan data yang saya paparkan di atas. Toh, Garmin sendiri menyatakan bahwa hasil pengukuran perangkat mereka memang tidak dapat disejajarkan atau disetarakan dengan hasil pengukuran alat medis.

Namun bagi saya pribadi, terlepas dari akurasinya, data hasil pengukuran ini sangat berguna, terutama bagi mereka yang aktif dan sangat memerhatikan kondisi kebugaran mereka.

Bahkan, di luar negeri ada beberapa kasus yang terekspos oleh media di mana smartwatch menyelamatkan penggunanya ketika mengalami gejala serangan jantung, terjatuh mendadak, dan lainnya.

Selain itu, semakin banyak riset juga telah dilakukan oleh para peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga akademis lainnya mengenai pemakaian smartwatch untuk berbagai aspek kebugaran dan kesehatan. 

Video Terkini