Liputan6.com, Jakarta - Twitter bekerja untuk memperluas penggunaan label 'misinformasi' pada cuitan yang dianggap menyesatkan.
Perusahaan kabarnya tengah mengembangkan fitur baru yang kini belum digulirkan ke seluruh pengguna. Fitur ini memungkinkan hadirnya label 'informasi menyesatkan' ketika pengguna mencoba memberikan 'like' cuitan (yang dianggap mengandung misinformasi).
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman Tech Crunch, Selasa (10/11/2020), fitur ini ditemukan oleh reverse engineer, Jane Manchun Wong, dalam kode aplikasi Twitter.
Ia mengatakan, penambahan tersebut tidak mencegah pengguna untuk memberikan 'like' pada sebuah cuitan, hanya memperlambat.
"Twitter tengah mengembangkan peringatan misinformasi pada Likes, seperti pada quote tweet/ Retweet," tulis Wong di akun Twitternya @wongmjane.
Peringatan serupa muncul ketika pengguna mencoba me-Retweet unggahan dengan label misinformasi.
Twitter is working on misinformation warning on Likes, just like the ones for Quote Tweets / Retweets pic.twitter.com/BLlmaw5RZK
— Jane Manchun Wong (@wongmjane) November 9, 2020
Fitur baru ini sejalan dengan tindakan lain yang diambil Twitter untuk memperlambat penyebaran misinformasi di platformnya.
Twitter Beri Konfirmasi
Pihak Twitter membenarkan fitur yang ditemukan oleh Wong di atas. Twitter menyebut, fitur tersebut tengah dalam pengembangan dan belum memberi informasi terkait kapan akan diluncurkan secara luas.
"Tujuan kami akan memberikan konteks dan peralatan yang dibutuhkan untuk menemukan sumber informasi yang kredibel di layanan kami, tak peduli topik atau di mana mereka melihat cuitan," kata juru bicara Twitter.
Ia menambahkan, hal yang mereka lakukan adalah proses yang berulang.
"Kami terus mengeksplorasi fitur dan kebijakan untuk membantu pengguna Twitter membuat keputusan yang tepat," tuturnya.
Advertisement
Berbagai Upaya Atasi Misinformasi di Twitter
Selain perubahan Retweet dengan opsi quote tweet, Twitter juga meluncurkan serangkaian kebijakan baru menjelang Pilpres AS, guna menangani cuitan yang dianggap menyesatkan.
Twitter menghadirkan label misinformasi dan menerapkan peringatan dan pembatasan yang lebih agresif pada tweet dari tokoh politik AS, akun kampanye, dan akun lain yang berbasis di AS. Dengan demikian, cuitan yang mengandung label misinformasi tidak menyebar ke lebih banyak pengguna.
Sebelumnya, peringatan ditempatkan di bagian atas cuitan yang mengklaim kemenangan palsu kandidat Pilpres AS.
Twitter sendiri menyebut, pihaknya mencoba menghilangkan misinformasi dengan tidak mengizinkan cuitan berlabel menyesatkan muncul di Penelusuran atau dimasukkan ke dalam Timeline pengguna (jika mereka tidak mengikuti akun tersebut). Kendati demikian, cuitan yang dimaksud masih bisa dibalas, diberi like, atau di-retweet.
(Tin/Ysl)
Â