Sukses

Top 3 Tekno: Harga Pre-Order PS5 Melambung Tinggi Curi Perhatian

Sejumlah reseller mematok harga pre-order PS5 mulai dari USD 1500 (Rp 21 jutaan) hingga USD 1,950 (Rp 27 jutaan).

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah reseller di JD.com mematok harga pre-order PS5 mulai dari USD 1.500 (Rp 21 jutaan) hingga USD 1.950 (Rp 27 jutaan).

Harga ini terbilang sangat tinggi ketimbang banderol harga resmi. Di Indonesia sendiri, PS5 dijual seharga Rp 8,7 juta untuk versi standar, sedangkan Rp 7,2 juta untuk PS5 Digital Version.

Informasi ini pun mencuri perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Jumat (13/11/2020) kemarin.

Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

1. Edan, Harga Pre-Order PS5 Melambung hingga Rp 21 Jutaan

Sony baru akan menjual konsol PlayStation 5 (PS5) di beberapa negara tertentu, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Meksiko, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan pada 12 November 2020.

Selain dari daftar negara di atas, gamer di seluruh dunia baru bisa membeli konsol penerus PS4 ini pada 19 November 2020.

Meski masih terbatas, hal tersebut tidak menghentikan para scalpers (reseller) di Tiongkok untuk membuka sesi pre-order PS5 dengan harga yang fantastis.

Baca selengkapnya di sini

2. Keren, Gamer Disabilitas Ini Pakai Lengan Bionik yang Terinspirasi dari Metal Gear Solid

Seorang pria yang lahir tanpa lengan menggunakan lengan bionik canggih yang terinspirasi dari video gim Metal Gear Solid.

Daniel Melville, 29, dari Reading (kota kecil di Inggris) saat ini menggunakan lengan bionik 'Venom Snake' Metal Gear Solid dari Konami Digital Entertainment.

Ya, perangkat itu dirancang oleh raksasa gim asal Jepang tersebut bersama Open Bionics. Ini diklaim sebagai lengan bionik multi-grip paling terjangkau di dunia.

Baca selengkapnya di sini 

 

2 dari 2 halaman

3. Pengalaman WFH Pakai Ekosistem Huawei, Tetap Nyaman Meski Tanpa Dukungan Google

Perusahaan teknologi kian giat membangun ekosistem produknya di era internet of things (IoT). Dari yang semula hanya produk telepon pintar, IoT mendorong smartphone terhubung dengan banyak perangkat seperti earphone, jam tangan pintar, hingga ke komputer atau tablet.

Konektivitas antara satu perangkat dengan perangkat lain pun kian seamless dengan dukungan ekosistem dari masing-masing perusahaan.

Pada gilirannya, ekosistem yang baik membuat pengguna jadi bisa memakai banyak perangkat sekaligus, namun tidak harus ribet untuk bolak balik mengecek perangkat lainnya. Setidaknya hal ini yang kini tengah dikembangkan oleh Huawei.

Baca selengkapnya di sini

(Isk/Why)