Liputan6.com, Jakarta - Istilah Revolusi Industri 4.0 barang kali tidak lagi asing bagi sebagian dari kita. Istilah ini secara sederhana merujuk pada konsep Industri di era digital/era teknologi informasi dan komunikasi, yang dipaparkan kepada publik di acara Hannover Messe di kota Hannover, Jerman pada 2011.
Konsep ini memiliki 6 pilar utama, yaitu masyarakat digital, energi berkelanjutan, mobilitas cerdas, hidup sehat, keamanan sipil, dan teknologi di tempat kerja.
Baca Juga
Indonesia termasuk salah satu negara yang mulai menerapkan konsep ini. Lalu, apa perbedaan Revolusi Industri 4.0 dengan Society 5.0?
Advertisement
Society 5.0 merupakan konsep yang dirumuskan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan dikemukakan di ajang CeBIT, Hannover di kota Hannover, Jerman pada tahun 2017.
Abe menyebut bahwa konsep ini dapat membantu Jepang menangani berbagai permasalahan, yang kemudian konsep ini diresmikan pada Januari 2019.
Saat itu Jepang sedang mengalami sebuah tantangan dalam hal populasi; penduduk/pekerja usia produktif berkurang dan karena itu, Jepang berusaha melakukan perbaikan dengan menerapkan Society 5.0.
Sementara banyak masyarakat menganggap Revolusi Industri 4.0 akan didominasi oleh mesin-mesin berteknologi canggih yang akan bersaing dengan tenaga kerja manusia, Society 5.0 justru diharapkan dapat menciptakan nilai baru dan menyelesaikan permasalahan sosial lewat teknologi-teknologi canggih tersebut.
Sinergi Antara Manusia dan Teknologi
Sebagai salah satu perusahaan di bidang TIK, IDStar Group menyatakan dukungannya terhadap industri teknologi di Indonesia. Belum lama ini, IDStar Group mengadakan Big Virtual Event yang bertajuk "Moving Towards Society 5.0".
Project Manager acara Moving Towards Society 5.0, Angga Wibowo, menyebut sinergi antara manusia dan teknologi perlu direalisasikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Selain itu, menurut dia, Society 5.0 ini pada dasarnya memang digagas untuk memenuhi kebutuhan manusia
"Event Moving Towards Society 5.0 sangat luar biasa. Sinergi manusia dan teknologi harus terwujud guna kesejahteraan manusia, produktivitas & efektivitas terbantu karena adanya teknologi. Mari kita edukasi dan implementasi dari Society 5.0" kata Angga dalam keterangan tertulis.
Advertisement
Pembicara Kompeten
Berlangsung pada 9 hingga 11 November 2020, event ini antara lain melibatkan pembicara kompeten di bidangnya, seperti Muhammad Neil El Himam (Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif), Armand Wahyudi Hartono (Vice President Director BCA), dan Erwin Muniruzaman (SVP - Head of HR Operation Indosat) sebagai pembicara.
Pada praktiknya, event ini menerapkan konsep pameran virtual yang disiarkan via Zoom dan YouTube dan memberikan pengalaman baru bagi semua partisipan.
Layaknya pameran konvensional, di acara ini partisipan juga dapat mengunjungi booth berbagai pihak yang membahas Society 5.0 dari sudut pandang Technology, Human, dan Marketing.
Topik yang menjadi bahan diskusi panel selama tiga hari adalah “Start our Organization to Move Towards Society 5.0”, “Preparing our Employee to Embrace Society 5.0 & Reskill for On Demand Technology”, dan “Know and Relate Your Customer, Stop Being Rejected and Start Being Relevant”.
(Isk/Why)