Sukses

Aksara Pegon yang Ada di Naskah Kuno Akan Jadi Huruf Digital

Digitalisasi tersebut nantinya akan memudahkan proses pembinaan dan pengembangan aksara Pegon karena bisa diakses dan tersedia di perangkat mobile.

Liputan6.com, Jakarta - Melalui program 'Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara', Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) segera melakukan digitalisasi aksara Pegon agar tidak punah digilas oleh perkembangan dunia digital.

Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo mengatakan program tersebut selama ini sudah dijalankan dengan melakukan digitalisasi aksara Jawa, Bali, Sunda, Rejang, Batak, dan Bugis.

Langkah ini dilakukan untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah karena ingin memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia sebagai wujud nasionalisme yang dituangkan dalam bentuk upaya digitalisasi aksara nusantara warisan leluhur.

"Juga agar generasi muda dapat mengenal dan memahami aksara-aksara asli daerah terdahulu yang kini kian terkikis zaman," ujar Yudho melalui keterangannya, Selasa (24/11/2020).

Digitalisasi tersebut nantinya akan memudahkan proses pembinaan dan pengembangan aksara Pegon karena bisa diakses dan tersedia di perangkat mobile dan merupakan bentuk pelestarian budaya lokal agar bisa tetap hidup dan mengikuti zaman.

Gagasan ini tercetus dalam sebuah pertemuan antara Tim PANDI dan pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlash, Mulyorejo, Dalegan, Kec Panceng, Kab. Gresik, Jawa Timur, belum lama ini.

 

2 dari 3 halaman

Mengenal Aksara Pegon

Aksara Pegon adalah huruf Arab namun menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menuliskan bahasa selain Arab.

Selama ini aksara Pegon digunakan dalam penulisan naskah-naskah kunao di kalangan pesantren dalam bahasa Jawa. Bahkan penggunaan aksara Pegon juga tersebar di berbagai daerah di nusantara hingga semenanjung Melayu.

 

3 dari 3 halaman

700 Bahasa Daerah

Menurut Yudho, Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar di seluruh pelosok negeri, yang masing-masing memiliki aksaranya sendiri.

Digitalisasi akan terus digerakkan oleh PANDI bersama dengan komunitas terkait agar semakin banyak masyarakat yang menggunakan aksara leluhurnya, dengan begitu aksara daerah akan terus lestari. Digitalisasi aksara nusantara diyakini sebagai kunci untuk tetap menghidupkan warisan nenek moyang.

Gagasan digitalisasi ini memang sengaja dimulai dari bawah agar memunculkan semangat memiliki dari komunitas pendukung aksara yang bersangkutan.

(Isk/Why)