Liputan6.com, Jakarta - Orang dewasa muda yang meningkatkan penggunaan media sosial secara signifikan lebih berpotensi depresi dalam jangka waktu enam bulan.
Hal itu tertuang dalam sebuah penelitian dari Dr. Brian Primack, Dekan di College of Education and Health Professions di University of Arkansas.
Advertisement
Baca Juga
Dibandingkan dengan partisipan yang mengakses media sosial kurang dari 2 jam per hari, misalnya, orang dewasa muda yang menghabiskan waktu lebih dari 5 jam per hari di media sosial 2,8 kali lebih berpotensi depresi dalam enam bulan.
Penelitian yang akan terbit di American Journal of Preventive Medicine edisi Februari 2021 mendatang itu telah menjawab fenomena serupa telur dan ayam, yang mempertanyakan manakah yang muncul lebih dulu, apakah penggunaan media sosial berlebih atau depresi.
"Kami tahu dari penelitian besar lainnya bahwa depresi dan penggunaan media sosial cenderung berjalan bersamaan, tetapi memang sulit untuk mengetahui mana yang lebih dulu," ujar Brian yang juga merupakan profesor di bidang kesehatan masyarakat.
Â
Temuan penting di tengah pandemi
Dalam penelitian ini, terungkap bahwa penggunaan media sosial yang intens berpotensi meningkatkan depresi.
"Namun, depresi awal tidak menyebabkan perubahan apa pun dalam penggunaan media sosial," kata Brian.
Temuan ini sangat penting mengingat depresi baru-baru ini dinyatakan sebagai penyebab utama kecacatan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Selain itu, dia pun menekankan bahwa temuan ini juga sangat penting dipertimbangkan di tengah pandemi Covid-19 ini.
"Sekarang semakin sulit untuk terhubung secara sosial secara langsung, kita semua menggunakan lebih banyak teknologi seperti media sosial. Meskipun menurut saya teknologi itu pasti bisa berharga, saya juga mendorong orang untuk merenungkan pengalaman teknologi mana yang benar-benar berguna bagi mereka dan yang mana yang membuat mereka merasa hampa," ujar Brian.
Advertisement