Liputan6.com, Jakarta - Bocah lelaki berusia 6 tahun, George Johnson, membuat tagihan kartu kredit ibunya bengkak hingga USD 16.000 atau setara Rp 226,4 juta karena pembelian item di aplikasi gim.
Padahal, selama beberapa tahun terakhir, Apple memiliki upaya pencegahan untuk menghindari kejadian ini. Caranya dengan menempatkan larangan di perangkat iPhone atau iPad untuk mencegah pengeluaran uang berlebihan di pembelian item dalam aplikasi.
Baca Juga
Sayangnya, ibunda George Johnson, Jessica, tidak menerapkan upaya pencegahan tersebut di perangkatnya. Hasilnya, tanpa diketahui George sudah membeli item dengan jumlah Rp 226,4 juta sepanjang musim panas 2020.
Advertisement
Mengutip laman Ubergizmo, Senin (14/12/2020), George rupanya membeli item booster pack pada aplikasi gim Sonic Forces seharga USD 1.99 (Rp 28 ribuan) per satu item. Jumlah ini meningkat hingga yang termahal, yakni USD 99.99 (Rp 1,4 jutaan).
Bahkan dalam satu hari, pernah ada 25 tagihan dari item booster pack yang totalnya lebih dari USD 2.500 (setara Rp 35,3 juta), masih dari aplikasi gim yang sama.
Harus Hubungi Apple
Sadar tagihan kartu kreditnya membengkak, Jessica langsung berpikir transaksi tersebut adalah penipuan. Ia pun menghubungi bank penerbit kartu kredit, namun pihak bank memberi tahu bahwa tagihan ini benar dibuat oleh dirinya.
Pihak bank juga menyarankan Jessica untuk menghubungi Apple terkait masalah ini.
Kepada Jessica, pihak Apple memberitahunya bahwa tagihan besar itu terjadi karena adanya pembelian di dalam aplikasi gim. Baru saat itu dia sadar, anaknya George membelanjakan item gim dengan kartu kreditnya.
Advertisement
Terlambat karena Sudah Berlangsung 2 Bulan Lamanya
Jessica juga diberi tahu bahwa saat ini sudah terlambat untuk memperbaiki masalah ini. Karena saat itu Jessica tidak menghubungi Apple dalam waktu 60 hari sejak pembelian dilakukan, tidak bisa yang dilakukan oleh pihak Apple maupun bank.
Jessica yang kesal dengan putranya menganggap semua ini merupakan kesalahan di pihak Apple.
"Anak saya tidak paham bahwa itu uang sungguhan. Bagaimana mungkin dia paham, dia memainkan gim kartun yang dia tahu itu tidaklah nyata, mengapa uang itu nyata baginya? Itu adalah lompatan kognitif yang besar," kata dia.
(Tin/Why)