Liputan6.com, Jakarta - Gojek terus memperkuat pangsa pasar di ekosistem bisnisnya dengan melakukan investasi ke sektor perbankan. Kali ini, Gojek membeli saham Bank Jago di pasar negosiasi.
Strategi ini sejalan dengan langkah Gojek membesarkan layanan keuangan digital di Indonesia, serta rencana Bank Jago yang hendak berfokus untuk menjadi bank digital.
Pengamat pasar modal dari Finvesol Consulting, Fendy Susiyanto, menilai strategi Gojek berekspansi ke perbankan digital merupakan langkah tepat untuk memperkuat sekaligus menumbuhkan bisnisnya. Menurut Fendy, dengan ratusan ribu UMKM dan jutaan driver, Gojek membutuhkan peran perbankan dalam rangka mendorong pelaku usaha tersebut memperbesar kapasitas bisnisnya lewat suntikan modal usaha.
Advertisement
"Sinergi Gojek dengan Bank Jago akan semakin memantapkan kehadiran sistem keuangan dan perbankan digital di Indonesia. Masuknya Gojek ke industri keuangan juga membuktikan bahwa bank masih memiliki posisi strategis dalam perekonomian," ujar Fendi dalam keterangannya, yang dikutip pada Sabtu (18/12/2020).
Baca Juga
Sementara itu, Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo menyatakan investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang.
"Ini akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya. Kemitraan dengan Bank Jago adalah sebuah pencapaian baru bagi Gojek dalam menyediakan berbagai solusi dari masalah sehari-hari melalui teknologi," ujar Andre.
Menurut Andre bank berbasis teknologi seperti Bank Jago akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus membuka akses lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia. Hal ini selaras dengan visi kedua perusahaan untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.
"Melalui kolaborasi ini, kami juga dapat mengembangkan model agar bisa bermitra dengan berbagai institusi perbankan lainnya," kata Andre.
Caplok 22,16 persen saham Bank Jago
Gojek menjadi pemegang saham Bank Jago dengan bendera PT Dompet Karya Anak Bangsa. Transaksi sebanyak 1.956.600.000 saham di harga Rp 1.150 per saham atau sekitar Rp 2,25 triliun itu membaut Gopay menguasai 22,16 persen saham Bank Jago.
Sebelumnya Gopay telah memiliki 449.145.000, sehingga setelah transaksi saham Gopay menjadi 2.405.745.000.Â
Lebih lanjut, menurut Fendi, kehadiran bank digital akan semakin penting mengingat infrastruktur di masyarakat telah tersedia. Contohnya, pengguna smartphone dan jaringan infrastruktur telekomunikasi telah menjangkau hampir 80 persen populasi di berbagai wilayah di Indonesia.
Advertisement
Investasi terjadi pada waktu yang tepat
Dengan penetrasi pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta, pasar ekonomi digital sangat besar. Investasi Gojek juga terjadi pada waktu yang tepat, yakni memanfaatkan akselerasi transformasi digital selama masa pandemi.
Peran strategis bank sebagai lembaga intermediasi, kata Fendy, akan menemukan momentumnya melalui digitalisasi produk dan layanan. Jutaan UMKM dan masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses bank dapat dengan mudah dijangkau hanya dengan smartphone.
"Gojek sudah punya ekosistem bisnis yang matang dengan jutaan pengguna, jutaan driver dan ratusan ribu UMKM. Sebagai pemimpin pasar, masuknya Gojek tentunya akan mendorong percepatan bisnis Bank Jago, mengingat infrastruktur dan pasarnya sudah siap. Biaya untuk mendapatkan nasabah baru atau user acquisition juga lebih efisien," tutur Fendi.