Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi Covid-19, hampir semua industri terpaksa harus bertranformasi lebih cepat dan bergerak ke arah digital.
Untuk bisa bertahan dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini, perusahaan dinilai harus mengedepankan kolaborasi. Itulah yang menjadi kekuatan dalam industri digital ini.
Baca Juga
Fernando Uffie, Founder dan CEO Kelas Pintar, mengatakan industri digital tidak bisa stand alone, harus berkolaborasi. Karena industri digital itu membutuhkan infrastruktur yang menjadi domainnya operator, membutuhkan financial technology atau industri lain untuk saling mendukung.
Advertisement
"Demikian juga di education technology (edutech), seperti Kelas Pintar, yang tidak bisa tumbuh jika tidak ada infrastruktur," kata Uffie saat memberikan presentasi pada diskusi Selular Digital Telco Outlook 2021 secara daring, dikutip Rabu (23/12/2020).
Terlebih saat masa pandemi ini, ketika siswa harus belajar dari rumah, menjadi sebuah momen di mana teknologi masuk kedalam dunia pendidikan secara cepat. Dikarenakan kondisi yang mengharuskan belajar dari rumah, maka adaptasi tersebut pun menjadi lebih cepat.
Uffie memberikan gambaran, pada daerah percontohan Kelas Pintar di wilayah Jawa Barat, ada 356 SD dan 49 SMP. 405 sekolah itu menggunakan platform Kelas Pintar pada tahun ajaran yang dimulai Juli 2020.
Di bulan pertama, usage terhadap platform pendidikan berbasis teknologi masih kecil, baik untuk Learning, Pratice dan Test, hanya 20-30 persen saja.
"Lalu, dengan berjalannya waktu, ketika siswa, guru dan orang tua semakin meningkat pemahamannya terhadap teknologi, penggunaan platform pendidikan ikut meningkat. Pada Agustus 2020 terjadi kenaikan sampai 50 persen dan puncaknya mencapai 60 persen pada Oktober 2020," ungkapnya menambahkan.
Tak Semua Industri Terdampak Negatif
Sementara Nazir Muhammad, Head of Strategic Investments Telkomsel, menyatakan tidak semua industri terdampak negatif akibat pandemi. Salah satu nya adalah edutech yang meningkat cukup pesat.
"Pandemi mampu mempercepat industri masuk ke digital. Salah satu kunci nya adalah kolaborasi. Itu sebabnya, saat pandemi ini banyak hal baru yang muncul. Demikian juga dengan masyarakatnya yang cepat menerima digitalisasi dalam kehidupannya," tuturnya.
Seperti e-commerce yang meningkat tiga kali lipat, asuransi dan fintech tumbuh empat sampai lima kali lipat, dan tentu saja edutech yang tumbuh sangat besar.
Advertisement
Tantangan Edutech
Ke depan, tantangan edutech sendiri, menurut Uffie adalah bagaimana untuk bisa diterima oleh pasar. Dalam hal ini bagaimana para pengguna dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri bisa menerima.
"Tantangannya bagaimana kita membangun sesuatu yang disukai oleh pengguna di dunia pendidikan. Terlebih fokus kita pada kelas 1 sampai kelas 12," ujar Uffie.
Ia mengklaim, perusahaan memiliki konsep yang didasarkan resource internal dan apa yang diamati, dan itu yang akan diimplementasikan.
"Tapi pada akhirnya, kami kembali kan pada pasar. Kami bersyukur karena ada teknologi yang akan banyak memberikan informasi bagaimana progress dan perkembangan atau respons dari pasar itu sendiri," Uffie memungkaskan.
(Isk/Ysl)