Sukses

Alasan Apple Terlalu Lama Bredel Pemasok yang Pekerjakan Karyawan di Bawah Umur

Isu kerja paksa dan mempekerjakan karyawan di bawah umur selalu membayang-bayangi pemasok (supplier) atau perusahaan rekanan Apple.

Liputan6.com, Jakarta - Isu kerja paksa dan mempekerjakan karyawan di bawah umur selalu membayang-bayangi pemasok (supplier) atau perusahaan rekanan Apple. Masalah itu kerap terhendus oleh media dan berlangsung selama bertahun-tahun.

Mantan karyawan yang bekerja untuk tim tanggung jawab pemasok Apple, mengungkapkan ada beberapa rintangan yang membuat Apple sulit untuk 'membersihkan' masalah krusial itu.

Misalnya, tidak banyak produsen yang bisa memenuhi standar kualitas dan volume Apple, serta sedikit yang dapat turun tangan dan memenuhi kebutuhannya dalam waktu singkat. Demikian sebagaimana dilansir Engadget, Selasa (5/2/2021).

Imbasnya, seringkali perusahaan enggan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dan mengalami keterlambatan produk. Mereka mengklaim Apple tak menoleransi penurunan produksi pabrikan karena hal itu akan merugikan bisnisnya.

Pada 2013, Apple menemukan bahwa salah satu pemasoknya, Suyin Electronics, sebuah perusahaan yang membuat port HDMI dan USB untuk jajaran MacBook perusahaan, telah mempekerjakan pekerja di bawah umur.

Pabrikan berjanji untuk membereskan tindakannya, tetapi penyelidikan lanjutan oleh Apple menemukan tiga pekerja di bawah umur, termasuk satu pekerja berusia 14 tahun di jalur perakitan Suyin.

 

 

2 dari 4 halaman

Perlu Waktu

Meskipun Apple tidak memberi Suyin proyek baru setelah penemuan itu, Apple terus bekerja dengan perusahaan karena beberapa kontrak yang ada, dan butuh waktu tiga tahun sebelum akhirnya memutuskan hubungan.

Contoh lainnya, Apple melakukan investigasi terhadap Biel Crystal, perusahaan pembuat layar kaca untuk iPhone.

Setelah Apple menemukan bahwa "budaya lingkungan, kesehatan, dan keselamatan di Biel lemah di semua tingkat manajemen," Apple meminta lebih dari dua lusin tindakan korektif.

Namun, satu tahun setelah penyelidikan, Biel belum menerapkan banyak perbaikan yang diminta Apple, dan keduanya terus bekerja satu sama lain karena menghapus Biel dari rantai pasokannya akan membuat Apple terikat pada satu pemasok layar kaca.

Itu adalah sesuatu yang berusaha dihindari oleh perusahaan dengan cara apa pun karena dapat memengaruhi dua pemasok satu sama lain untuk mendapatkan harga terbaik untuk komponen. Hal ini juga memungkinkan Apple untuk menghindari situasi seperti yang ditemui ketika modem hanya bisa didapat dari Intel.

 

3 dari 4 halaman

Komunitas Muslim Uighur Diduga Bekerja Paksa di Perusahaan Rekanan Apple

Sebelumnya, salah satu perusahaan rekanan Apple, Lens Technology, telah mendapat tuduhan bahwa komunitas Muslim Uighur bekerja paksa di pabriknya.

Menurut laporan Tech Transparency Project yang dikutip dari Washington Post, Rabu (30/12/2020), ribuan Muslim Uighur dari wilayah Xinjiang dikirim untuk bekerja di Lens Technology.

Selain Apple, Lens Technology juga merupakan perusahaan rekanan Amazon dan Tesla.

"Penyelidikan kami menunjukkan bahwa praktik kerja paksa Apple di dalam rantai pasokannya jauh melampaui apa yang diakui perusahaan,” ujar Katie Paul, direktur di Tech Transparency Project.

Lens Technology adalah satu dari setidaknya lima perusahaan yang terhubung ke rantai pasokan Apple yang kini telah dikaitkan dengan dugaan kerja paksa komunitas Muslim Uighur.

Menanggapi laporan ini, juru bicara Apple Josh Rosenstock menyatakan perusahaan telah mengonfirmasi bahwa Lens Technology tidak menerima transfer tenaga kerja Muslim Uighur.

4 dari 4 halaman

Apple Tak Menoleransi Kerja Paksa

"Apple tidak menoleransi kerja paksa," kata Rosenstock.

Perusahaan, kata dia, awal tahun 2020 ini juga telah memastikan bahwa tidak ada perusahaan rekanan pemasok lain yang menggunakan tenaga kerja dari Uighur yang ditransfer dari Xinjiang.

Lebih lanjut, dia juga menegaskan bahwa ada konsekuensi di setiap pelanggaran kebijakan perusahaan, termasuk kemungkinan penghentian bisnis jika perusahaan rekanannya terbukti gagal menerapkan kebijakan perlindungan pekerja.

"Fokus kami adalah memastikan setiap orang diperlakukan dengan bermartabat dan hormat, dan kami akan terus melakukan semua yang kami bisa untuk melindungi pekerja di rantai pasokan kami," ujar Rosenstock.

(Isk/Ysl)