Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memastikan aplikasi PeduliLindungi aman dipakai dan telah mengalami penyempurnaan fitur termasuk ketentuan pengguna.
Pernyataan ini menanggapi laporan The Citizen Lab dari Munk School of Global Affairs & Public Policy, Universitas Toronto beberapa waktu lalu yang menyebut aplikasi PeduliLindungi terlalu banyak mengambil data pengguna.
Baca Juga
Menurut juru biara Kemkominfo Dedy Permadi, aplikasi PeduliLindungi untuk Android saat ini sudah sampai versi 3.1.1. Dalam versi ini, aplikasi telah mengalami banyak penyempurnaan fitur dan izin akses.
Advertisement
"Saat ini versi PeduliLindungi Android adalah 3.1.1, di mana sudah banyak perbedaan fitur aplikasi dan izin akses yang tidak digunakan di versi terbaru. Pada versi 3.1.1 tidak ada lagi penggunakan fitur Bluetooth, WiFi, kamera, dan file access untuk penyimpanan," tutur Dedy dalam siaran pers yang diterima, Kamis (7/1/2021).
Sementara untuk versi aplikasi yang dianalisis dalam laporan sebelumnya merupakan versi 2.2.2 dan rilis pada 25 Juni 2020. Lebih lanjut Dedy juga menuturkan izin akses dalam aplikasi PeduliLindungi sepenuhnya sudah mendapat persetujuan pengguna.
"Izin akses yang digunakan pada aplikasi semata-mata untuk meningkatkan user experience dan benefit bagi user saat menggunakan aplikasi PeduliLindungi," kata dia melanjutkan.
Selain itu, aplikasi ini memang tidak hanya menyediakan fitur contact tracing tapi juga fitur informasi lokasi terdampak yang dapat bermanfaat bagi pengguna untuk waspada dan menghindari ketika ada di lokasi tersebut.
"Untuk itu akses geolokasi pada telepon seluler diperlukan untuk memberikan informasi berharga ini," tuturnya. Seluruh informasi ini juga tercantum di situs resmi PeduliLindungi dan mendapat persetujuan Google Play Store.
Aplikasi PeduliLindungi Disebut Terlalu Banyak Akses Informasi Pengguna
Sebelumnya, aplikasi PenduliLindungi disebut terlalu banyak mengumpulkan data pengguna. Pernyataan ini merupakan hasil laporan terbaru The Citizen Lab dari Munk School of Global Affairs & Public Policy, Universitas Toronto.
Dalam laporannya, The Citizen Lab menyebut ada beberapa akses berlebihan yang ditemui di aplikasi PeduliLindungi. Salah satunya adalah aplikasi ini mengirimkan informasi lokasi perangkat termasuk nama pengguna, nomor telepon, dan pengenal perangkat ke server pengembang.
"Ini memungkinkan pengembang melacak lokasi fisik dari masing-masing perangkat, yang tidak diperlukan untuk pelacakan kontak," tulis laporan The Citizen Lab seperti dikutip dari situs resminya, Minggu (3/1/2021).
Selain itu, aplikasi PeduliLindungi disebut meminta akses membaca dan menulis ke perangkat penyimpanan. Sementara menurut Citizen Lab, akses ini tidak perlu untuk fungsi aplikasi tersebut.
"Aplikasi ini mengumpulkan alamat MAC WiFi dan alamat IP lokal. Kedua alamat ini dapat membantu mengidentifikasi perangkat atau pengguna, dan tidak diperlukan untuk pelacakan kontak," tulis laporan lebih lanjut.
Advertisement
Analisis Aplikasi PeduliLindungi
Lalu, The Citizen Lab juga memeriksa kode sumber PeduliLindungi dan menemukan kode itu berisi pustaka deteksi 'root'. Untuk diketahui, deteksi root merupakan metode umum yang digunakan pengembang untuk mempersulit rekayasa balik (reverse engineering).
Dalam penelitian ini, The Citizen Lab memang fokus melakukan analisis pada aplikasi versi Android. Sebab, Android dipertimbangkan sebagai sistem operasi seluler yang paling umum digunakan di wilayah Asia Tenggara.
Selain Indonesia, The Citizen Lab juga menganalisis aplikasi serupa yang digunakan di Filipina. Hanya dalam analisis ini, para peneliti menggunakan aplikasi PeduliLindungi versi 2.2.2, sedangkan versi terbaru saat ini adalah 3.1.1.
(Dam/Why)