Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari belakangan ini isu pembaruan privasi WhatsApp menjadi ramai diperbincangkan.
Mengapa tidak, sebagai aplikasi olah pesan dengan miliaran pengguna di dunia, Facebook selaku perusahaan induk dari WhatsApp berencana untuk memanfaatkan data pengguna aplikasi tersebut.
Baca Juga
Pembaruan privasi yang baru saja digulirkan itu pun memaksa pengguna WhatsApp untuk berbagi data dengan Facebook. WhatsApp mengatakan pengguna tidak bisa terus memakai WhatsApp, jika tidak menyetujui kebijakan privasi baru ini.
Advertisement
Dalam pernyataan tertulisnya pada hari ini, Jumat (8/1/2021), WhatsApp menyinggung kembali soal isu persetujuan berbagi data ini.
WhatsApp menyebut pengguna tidak bisa lanjut memakai WhatsApp apabila tidak menyetujui kebijakan privasi baru ini. Namun, akun pengguna masih akan tetap aktif, sehingga pengguna dapat memilih untuk menyetujui pembaruan ini di kemudian hari.
"Pilihan opt-out dari data sharing pada 2016 hanya ditawarkan satu kali. Sejak saat itu, tidak ada fitur pilihan ini di dalam aplikasi," tutur juru bicara WhatsApp melanjutkan.
Perusahaan mengklaim, mereka masih akan tetap mematuhi pilihan opt-out atau tidak mengizinkan berbagi data untuk pengguna yang memilih opsi itu pada tahun 2016.
"Bahkan, jika mereka sekarang menyetujui update kebijakan yang baru sekalipun," kata perusahaan.
Sebagai informasi, pengguna dapat melihat status opt-out mereka di fungsi "Download your data".
WhatsApp dan Messenger Kumpulkan Data Pengguna Terbanyak daripada Aplikasi Olah Pesan Lain
WhatsApp dan Facebook Messenger rupanya mengumpulkan lebih banyak pengguna ketimbang aplikasi olah pesan lainnya. Misalnya saja dibandingkan Signal dan Telegram. Informasi ini terungkap berkat label privasi Apple.
Baik WhatsApp maupun Facebook Messenger sama-sama dimiliki oleh Facebook. Informasi yang dikumpulkan mulai dari data penggunaan hingga detail lokasi.
Sebaliknya, berdasarkan label privasi Apple, Signal disebut sebagai aplikasi paling privat karena tidak mengumpulkan data apa pun milik pengguna.
Mengutip Gadget NDTV, Jumat (8/1/2021), berdasarkan informasi detail privasi yang ada di App Store, Facebook Messenger paling banyak mengumpulkan data pengguna.
Posisi kedua adalah WhatsApp yang menjadi aplikasi olah pesan paling banyak mengumpulkan data pengguna.
Kedua aplikasi ini sama-sama mengumpulkan riwayat pembelian, informasi keuangan, detail lokasi, kontak, nomor telepon, alamat email, hingga data penggunaan.
Parahnya lagi, dalam pembaruan kebijakan privasi terbaru WhatsApp, pengguna yang tidak setuju akan kebijakan baru WhatsApp tak bisa lagi mengakses layanan olah pesan tersebut.
Kalau tidak setuju, satu-satunya opsi pengguna adalah menghapus akun WhatsApp mereka.
Advertisement
Data yang Dikumpulkan
Berikut adalah data yang dikumpulkan masing-masing aplikasi:
1. Facebook Messenger
- Riwayat pembelian
- Informasi finansial lainnya
- Lokasi tepat
- Lokasi umum
- Alamat fisik
- Alamat email
- Nama
- Nomor telepon
- Informasi kontak pengguna lainnya
- Kontak
- Foto atau video
- Konten gameplay
- Konten pengguna lainnya
- Riwayat pencarian
- Riwayat penelusuran
- Identitas pengguna
- Identitas perangkat
- Interaksi pengguna
- Data periklanan
- Data penggunaan lainnya
- Crash data
- Data performa
- Data diagnostik lainnya
- Tipe data lainnya
- Kesehatan
- Fitness
- Informasi pembayaran
- Data audio
- Informasi sensitif
- iMessage
- Riwayat pencarian nomor telepon
- Identitas perangkat
2. WhatsApp
- Identitas perangkat
- Identitas pengguna
- Data periklanan
- Riwayat pembelian
- Lokasi umum seperti kota atau negara
- Nomor telepon
- Alamat Email
- Kontak
- Interaksi produk
- Data crash
- Data performa
- Data diagnostik lainnya
- Info pembayaran
- Dukungan kustomer
- Konten pengguna lainnya
Advertisement
3. Telegram
- Informasi kontak
- Kontak
- Identitas pengguna
4. Signal
Tidak ada data yang dikumpulkan. Satu-satunya data yang dikumpulkan Signal adalah nomor telepon yang dipakai dan Signal tak berupaya menghubungkan nomor telepon tersebut dengan identitas pengguna.
(Tin/Why)