Liputan6.com, Jakarta - Isu merger antara Gojek dan Tokopedia hingga kini masih menjadi perbincangan hangat. Berkaitan dengan hal itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, ikut angkat bicara.
Ia menuturkan, tren ke depan pastinya akan ada banyak perusahaan yang akan merger dan akuisisi. Berkaitan dengan rencana merger Tokopedia dengan Gojek, Aviliani menilai langkah ini sebagai praktik bisnis yang wajar karena ekosistem akan terjadi dengan sendirinya.
Baca Juga
Tokopedia adalah platform jual-beli dan menjadi salah satu e-commerce yang menguasai pasar di Indonesia. Sementara Gojek memiliki ekosistem layanan transportasi, makanan, dan lainnya.
Advertisement
"Gojek belum punya e-commerce. Dengan merger, maka keduanya semakin besar," tutur Aviliani melalui keterangannya, Senin (11/1/2021).
Ekosistem digital yang lebih kuat berpotensi terbangun dari penggabungan dua entitas tersebut. Terlebih Gojek segera menjadi salah satu pemilik bank dengan keunggulan digital yaitu Bank Jago.
"Maka toko-toko yang berada dalam Tokopedia bisa dengan mudah mendapat pinjaman dari bank tersebut. Terbangunlah ekosistem digital," Aviliani menjelaskan.
Tanpa Kolaborasi Investasi Akan Lebih Besar
Hal tersebut akan terjadi secara lebih efisien. Aviliani menambahkan, tanpa kolaborasi--seandainya masing-masing pihak membuka layanan sendiri-sendiri--maka akan membutuhkan investasi yang sangat besar.
"Sedangkan dengan bergabung jadi lebih cepat membangunnya. Maka kalau mau jual sebagian saham, buat Gojek tentu untung dapat data banyak dari Tokopedia, karena mereka bisa menawarkan kredit ke seller di tokopedia," ucapnya.
Sementara dari sisi konsumen, Aviliani melihat dampak langsung berupa keuntungan dari rencana merger keduanya.
"Kalau saya lihat konsumen yang akan banyak diuntungkan dari bergabungnya dua perusahaan (Gojek-Tokopedia)," paparnya.
Â
Advertisement
Dampak Ekonomi
Adapun dampaknya terhadap perekonomian akan bergantung dari beberapa hal, antara lain apakah barang yang dijual di Tokopedia, misalnya adalah bukan barang impor.
"Sisi ekonomi sangat tergantung apakah penjualan domestik di Tokopedia dioptimalkan. Bila impor, maka tidak ada banyak untungnya," ungkap Aviliani.
Ia menyebut perlu diperhatikan sejauh mana arus perputaran barang di dalam negeri dan menyarankan untuk meminimalisir barang impor, terutama untuk barang konsumtif.
"Bila hanya impor buat apa? Bila tidak produksi di sini (Indonesia) maka nilai tambah kecil," imbuhnya.
Ia berharap, ketika Gojek dengan Tokopedia merger, kekuatan ekspansi semakin tinggi. Dengan demikian, perusahaan bisa membawa produk Indonesia untuk go international, utamanya untuk di regional Asia Tenggara.
Untuk diketahui, baik Gojek maupun Tokopedia memiliki investor sama: Google, Temasek Holdings Pte, dan Sequoia Capital India.
(Isk/Ysl)