Sukses

Pavel Durov Duga Ada Pihak Sebar Misinformasi soal Telegram di Media Sosial

Pendiri Telegram Pavel Durov menduga ada juga pihak-pihak yang sengaja menyebar isu miring soal Telegram di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini Telegram menjadi salah satu topik pembicaraan di media sosial, mengingat WhatsApp sebagai aplikasi olah pesan dengan basis pengguna terbanyak di dunia dilanda isu berbagi data dengan Facebook.

Tidak sedikit di antara pengguna media sosial membandingkan Telegram dan WhatsApp. Mereka menyebut Telegram dapat menjadi aplikasi olah pesan alternatif yang dapat dipertimbangkan.

Namun, pendiri Telegram Pavel Durov menduga ada juga pihak-pihak yang sengaja menyebar isu miring soal Telegram di media sosial.

"Kami mendeteksi ada bot yang menyebarkan misinformasi tentang Telegram di media sosial," kata Durov.

Misinformasi pertama adalah kode Telegram disebut tidak bersifat terbuka atau open-source.

Menanggapi hal itu, Durov menegaskan bahwa semua aplikasi klien Telegram telah bersifat terbuka sejak 2013. Enkripsi dan API Telegram, kata dia, didokumentasikan seutuhnya dan telah ditinjau ribuan kali oleh pakar keamanan.

"Selain itu, Telegram adalah satu-satunya aplikasi perpesanan di dunia yang memiliki build yang dapat diverifikasi baik untuk iOS maupun Android. Adapun WhatsApp, mereka sengaja mengaburkan kode mereka, sehingga tidak mungkin untuk memverifikasi enkripsi dan privasi mereka," tutur Durov.

 

2 dari 3 halaman

Misinformasi kedua

Misinformasi kedua berkenaan dengan lokasi server dan kantor Telegram. Durov menyebut ada pihak menyebarkan isu bahwa Telegram berkantor dan memiliki server di Rusia.

"Faktanya, Telegram diblokir di Rusia dari 2018 hingga 2020. Telegram juga masih diblokir di beberapa negara otoriter seperti Iran, sementara WhatsApp dan aplikasi 'yang seharusnya bersifat aman', tidak pernah mengalami masalah di negara-negara itu," kata Durov.

 

3 dari 3 halaman

Misinformasi ketiga

Terakhir, banyak isu yang menyoroti soal enkripsi Telegram. Merespons hal tersebut, Durov menekankan bahwa setiap obrolan di Telegram dienkripsi.

"Kami memiliki Secret Chat yang bersifat end-to-end dan Cloud Chat yang juga menawarkan penyimpanan awan yang aman dan terdistribusi secara real-time," tutur Durov.

Sebagai pembanding, dia menyoroti enkripsi di WhatsApp yang protokolnya justru didanai oleh Pemerintah AS.

"Meskipun kami berasumsi bahwa enkripsi WhatsApp solid [aman], ia tidak valid melalui beberapa backdoors dan bergantung pada backup," ujar Durov.

Video Terkini