Sukses

Facebook Larang Penggunaan Frasa 'Stop The Steal' dari Pendukung Donald Trump

Facebook melarang penggunaan frasa 'stop the steal' atau 'hentikan pencurian' yang terkait dengan massa penyerang gedung Capitol (pendukung Donald Trump).

Liputan6.com, Jakarta - Facebook telah menindak penghasutan yang berpotensi kekerasan menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden yang akan berlangsung pada 20 Januari 2021.

Hal itu termasuk larangan sementara yang meluas pada frasa 'stop the steal' atau 'hentikan pencurian' yang terkait dengan massa penyerang gedung Capitol (pendukung Donald Trump).

Kebijakan tersebut telah dirinci dalam posting blog perusahaan yang diterbitkan oleh Wakil Presiden Facebook Guy Rosen dan Monika Bickert, Senin (11/1/2021) kemarin.

"Kami memberlakukan (pelarangan frasa 'stop the steal') dua minggu ke depan menjelang acara sipil besar (pelantikan Joe Biden)," tulis Facebook, sebagaimana dilansir The Verge, Rabu (13/1/2021).

"Kami sekarang menghapus konten yang berisi frasa 'stop the steal' berdasarkan kebijakan Koordinasi Bahaya dari Facebook dan Instagram... Dengan upaya berkelanjutan untuk mengatur acara yang bertentangan dengan hasil pemilihan presiden AS yang dapat menyebabkan kekerasan, dan penggunaan istilah oleh mereka yang terlibat dalam kekerasan pada hari Rabu (6/1/2021) di Washington, DC., kami mengambil langkah tambahan ini menjelang pelantikan," Facebook menambahkan.

2 dari 4 halaman

Kebijakan Baru Lainnya

Facebook juga akan memberlakukan sejumlah kebijakan yang telah dibuat sebelum pemilu, termasuk secara otomatis menonaktifkan komentar pada setiap posting di halaman grup yang mulai mengandung tingkat ujaran kebencian tinggi.

Menurut laporan, ada tanda-tanda bahwa menjelang hari pelantikan akan ada aksi kekerasan dari para pendukung Donald Trump.

FBI telah memperingatkan akan ada 'protes bersenjata' yang direncanakan di 50 ibukota negara bagian serta Washington, DC. Maka dari itu, sebanyak 15.000 tentara Garda Nasional akan dikerahkan di Washington selama pelantikan jika terjadi kerusuhan sipil.

3 dari 4 halaman

Facebook Hilangkan Tombol Like dari Halaman Publik

Di sisi lain, Facebook telah menghilangkan tombol Like dari halaman (page) milik publik seperti milik artis, tokoh publik, dan brand.

Informasi ini diumumkan oleh Facebook pada Rabu 6 Januari 2021 melalui blog perusahaan, seperti dikutip Liputan6.com dari Reuters, Jumat (8/1/2021).

"Kami menghapus tombol Like dan memfokuskan pada Follower untuk menyederhanakan pengalaman pengguna saling terhubung dengan pages favoritnya," kata Facebook dalam pernyataan di blog-nya.

Pihak Facebook beranggapan, alih-alih Like, Follower pada sebuah page lebih mewakili seberapa banyak orang yang bisa mendapatkan update atau informasi baru dari page yang diikutinya.

Dengan begitu, tokoh publik atau brand bisa memiliki indikasi lebih kuat mengenai basis penggemar mereka.

Menurut Facebook, dengan menghilangkan tombol Like di halaman publik, Facebook pages hanya akan menampilkan jumlah Follower.

Selain itu Facebook page juga memiliki News Feed terdedikasi, yang memungkinkan pengguna bergabung dalam percakapan dan berinteraksi dengan pengguna lain.

4 dari 4 halaman

Janjikan Navigasi Page yang Lebih Sederhana

Selain hanya menghadirkan follower dan News Feed terdedikasi, tampilan baru dari Facebook Pages ini juga menjanjikan navigasi yang mudah antara profil pribadi pengguna dan pages yang dikelolanya.

Facebook juga menyebut, pihaknya menginginkan platform Facebook jadi tempat yang aman bagi tokoh publik atau brand untuk terhubung dengan fans.

Caranya dengan meningkatkan kemampuan Facebook mendeteksi aktivitas yang tidak diperbolehkan di platform Facebook. Aktivitas yang dimaksud meliputi ujaran kebencian, kekerasan, konten spam dan mengandung unsur seksual, serta pemalsuan akun.

"Kami memperluas visibilitas lencana verifikasi (centang biru) untuk memudahkan identifikasi unggahan dan komentar dari page dan profil asli. Komentar page terverifikasi akan ditempatkan di baris lebih atas dibandingan komentar lain," kata Facebook.

(Isk/Why)

Video Terkini