Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 masih meneror sejumlah negara, sehingga memaksa pemerintah setempat memberlakukan pembatasan atau lockdown.
Banyak pihak terus berusaha mempercepat pengembangan vaksin Covid-19 agar pandemi bisa segera mereda. Namun sayangnya, para pelaku kejahatan siber atau hacker jahat mencoba memanfaatkan situasi ini untuk mengeruk keuntungan sendiri.
Menurut perusahaan keamanan siber Kaspersky, serangan hacker pertama ditujukan terhadap perusahaan farmasi pada 25 September 2020.
Penyerang menyuntikkan malware Bookcode, yang sebelumnya dilaporkan berkaitan dengan kelompok hacker Lazarus, dalam serangan rantai pasokan melalui perusahaan perangkat lunak Korea Selatan.
Insiden kedua adalah pembobolan beberapa badan Kementerian Kesehatan. Dua server Windows di organisasi tersebut telah disusupi dengan malware canggih pada 27 Oktober 2020. Malware yang digunakan bernama 'wAgent'.
Apa yang hacker incar? Meskipun Lazarus populer karena aktivitas finansialnya, kelompok hacker asal Korea Utara tersebut diduga kuat tertarik dengan penelitian strategis mengenai vaksin Covid-19.
Pada November 2020, Microsoft mendeteksi peretasan hacker yang menargetkan tujuh perusahaan farmasi dan peneliti, termasuk di Amerika Serikat (AS) serta Kanada, Prancis, India, dan Korea Selatan.
Serangan itu dilaporkan berasal dari hacker APT28 Rusia, yang lebih dikenal sebagai Fancy Bear atau Strontium, dan juga Lazarus.