Sukses

Aplikasi Smartphone Bantu Migran Berintegrasi di Negara Baru

Sebuah studi menemukan bahwa aplikasi smartphone dapat berperan penting dalam membantu migran berintegrasi di negara baru

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan bahwa aplikasi smartphone dapat berperan penting dalam membantu migran berintegrasi di negara baru.

Para peneliti di Anglia Ruskin University (ARU) melakukan survei yang melibatkan migran dan pengungsi baru yang mengikuti kelas bahasa pemula gratis di Yunani. Negara ini sering menjadi tujuan pertama bagi orang-orang yang tiba ke Eropa dari Afrika dan Asia.

Menurut penelitian yang terbit di jurnal Computers in Human Behavior itu, para migran yang menggunakan aplikasi smartphone berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti asisten bahasa, situs informasi yang disesuaikan, atau pelacak gejala kesehatan, mengalami integrasi sosial yang meningkat sebesar 2,7 persen.

Selain itu, status kesehatan mereka mereka juga 5,3 persen lebih baik. Sebagai pembanding, aplikasi lainnya yang tidak berbasis kecerdasan buatan, seperti aplikasi penunjuk arah layanan publik, hanya meningkatkan status kesehatan secara umum di bawah 1 persen.

"Aplikasi berbasis kecerdasan buatan bekerja dengan menyediakan layanan seperti hasil pencarian yang disesuaikan, eLearning yang ditinjau oleh rekan sejawat, pembinaan profesional tentang pengucapan, terjemahan waktu nyata, dan komunikasi virtual untuk menemukan penjelasan yang mungkin untuk kondisi kesehatan," ujar Profesor Nick Drydakis, Direktur di Center for Pluralist Economics di ARU.

 

2 dari 2 halaman

Rekomendasi WHO

Drydakis menilai ada manfaat signifikan dari aplikasi-aplikasi itu bagi para migran dalam kaitannya dengan integrasi, kesehatan, dan kesehatan mental.

Dia pun mengutip WHO yang merekomendasikan penggunaan aplikasi smartphone dalam meningkatkan layanan kesehatan, terutama untuk populasi rentan.

"Aplikasi-aplikasi ini, jika digunakan dengan benar, jelas dapat bermanfaat bagi kehidupan orang yang tiba di negara baru yang tidak dikenal," tutur Drydakis.

Namun sayangnya, sekitar sepertiga dari orang yang disurvei oleh Drydakis dan timnya tidak memiliki smartphone dan hal ini, menurut dia, berpotensi menjadi penghalang bagi para migran untuk mendapatkan manfaat tersebut.

Video Terkini