Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan yang bergerak di jasa keuangan digital tumbuh positif sepanjang 2020. Informasi mengenai layanan dompet digital yang paling banyak digunakan orang Indonesia pun bikin penasaran para pembaca.
Berita lain yang juga populer datang dari Microsoft yang mendekati Perdana Menteri Australia Scott Morrison di tengah ketidakpastian layanan Google.
Baca Juga
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
Advertisement
1. Ini Daftar Dompet Digital yang Paling Banyak Digunakan Orang Indonesia
Pandemi Covid-19 mendotong transaksi digital kian meroket tajam. Menurut catatan Bank Indonesia (BI), transaksi digital meningkat 37,8 persen (year on year/yoy), mencakup transaksi digital banking dan transfer.
Penggunaan uang e-money atau dompet digital (e-wallet) pun meningkat 24,42 persen (yoy). Sementara penggunaan kartu debit menurun 18,9 persen (yoy).
Sejumlah perusahaan yang bergerak di jasa keuangan digital juga tumbuh positif selama tahun 2020. Lalu, layanan dompet digital mana yang paling banyak digunakan orang Indonesia?
2. Microsoft Dekati PM Australia di Tengah Ketidakpastian Layanan Google Search
Perusahaan teknologi raksasa Microsoft Corp meyakini mesin pencari Bing miliknya bisa mengisi celah di Australia, jika Google memutuskan untuk menghentikan layanan Google Search dari Australia.
Informasi ini diungkap oleh Perdana Menteri Australia Scott Morrison, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (1/2/2021).
Menurut Scott Morrison, CEO Microsoft Satya Nadella telah berdiskusi dengannya mengenai aturan baru ini. Kepada Reuters, Scott Morrison mengatakan, Microsoft siap untuk menumbuhkan mesin pencari Bing di Australia.
Â
3. Huawei, Xiaomi, dan 88 Perusahaan Tiongkok Mau Garap Industri Chipset Mandiri
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok mengungkap 90 perusahaan mengajukan permohonan untuk membentuk Komite Teknis Standardisasi Sirkuit Terpadu Nasional.
Salah satu fokusnya adalah menggarap industri semikonduktor mandiri. Demikian dikutip dari Gizmochina, Senin (1/2/2021).
Seperti diketahui, industri semikonduktor Tiongkok saat ini menjadi salah satu kelemahan dalam manufaktur elektronik. Bahkan, perusahaan-perusahaan Tiongkok cenderung tergantung pada Amerika Serikat dalam hal teknologi chipset.
Advertisement