Liputan6.com, Jakarta - Media sosial banyak digunakan untuk menyebarkan berita palsu. Misalnya, di dunia maya para penjahat menyebarkan berita palsu tentang perusahaan untuk memanipulasi harga saham.
Terkait hal ini, tim peneliti dari Universitas Göttingen dan Frankfurt serta Institut Jožef Stefan telah mengembangkan metode baru yang dapat mengenali berita palsu.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, metode ini tetap dapat mengenali berita palsu itu meski kontennya berulang kali diadaptasi.
Penelitian yang terbit di Journal of the Association for Information Systems itu menggunakan Machine Learning dan membuat model klasifikasi yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi pesan mencurigakan berdasarkan konten dan karakteristik linguistik tertentu untuk mendeteksi informasi palsu.
"Di sini kita melihat aspek lain dari teks yang membentuk pesan, seperti pemahaman bahasa dan suasana yang disampaikan teks tersebut," kata Profesor Jan Muntermann dari Universitas Göttingen.
Penipu adaptasi konten
Pendekatan tersebut pada prinsipnya sudah dapat diketahui dari penggunaannya oleh filter spam. Namun, penipu terus melakukan adaptasi konten dan menghindari kata-kata tertentu yang digunakan untuk mengidentifikasi berita palsu.
Di sinilah pendekatan baru para peneliti dapat mengidentifikasi berita palsu, walau ada strategi semacam itu untuk menghindari deteksi.
Meskipun kata-kata "mencurigakan" itu tak ada di dalam teks, berita palsu tetap dapat dikenali dari fitur linguistiknya.
"Hal ini menempatkan penipu dalam dilema. Mereka hanya dapat menghindari deteksi jika mengubah suasana teks menjadi negatif, misalnya. Namun, kemudian mereka akan kehilangan target membujuk investor untuk membeli saham tertentu," kata Dr Michael Siering.
Advertisement