Liputan6.com, Jakarta - Disrupsi digital tak dimungkiri menuntut kita untuk terus beradaptasi dan berinovasi agar bisa bertahan. Salah satu bentuk nyata dari digitalisasi bisa dilihat dari naiknya tren pengembangan aplikasi, terutama aplikasi mobile.
Baran Abdaha, Regional Business Development Manager dari perusahaan teknologi PT ACA Pacific Indonesia, menilai pada dasarnya aplikasi--baik yang tersedia di website, perangkat komputer ataupun perangkat bergerak--hanya salah satu bentuk pilihan engagement antar penyedia layanan dengan pengguna.
Baca Juga
Ekonomi Digital Indonesia Tembus USD 90 Miliar, Investor Modal Ventura Ungkap Sektor Ritel Jadi Pendorong
Menlu Sugiono Desak Solusi untuk Kesenjangan Digital di KTT APEC, Dorong Asia Pasifik Jadi Pemain Ekonomi Digital
Riset Google dan Temasek: Nilai Ekonomi Digital Indonesia Sentuh Rp 1.430 Triliun di 2024
"Tetapi hari ini pendekatan via aplikasi sudah masuk ke prioritas utama tiap organisasi untuk tetap bisa relevan dalam persaingan bisnis," ujar Baran melalui keterangannya, Kamis (4/2/2021).
Advertisement
Ia meyakini pengembangan aplikasi akan menjadi pondasi dari perputaran bisnis yang membangun ekonomi digital di Indonesia.
Namun, pada kenyataannya mengembangkan sebuah aplikasi bagi perusahaan tidaklah mudah. Sekitar 55 persen perusahaan di dunia membutuhkan waktu enam bulan sampai tiga tahun untuk mengembangkan aplikasi, mulai dari penyusunan ide hingga siap diluncurkan.
Tantangan Terbesar
Hal ini rentan menyebabkan proyek yang dituju tertunda, dan momentum bisnis yang dibidik pun terlewat. Ditambah, sumber daya manusia Indonesia di bidang pengembangan aplikasi jumlahnya masih minim.
Bahasa pemrograman atau coding yang cenderung rumit menjadi salah satu tantangan besarnya. Padahal kebutuhannya sangat tinggi, mengingat hampir semua industri kini bertumpu pada digital.
Advertisement
Solusi Teknologi Low-Code
Guna menjawab kebutuhan tersebut, Siemens Digital Industries Software menghadirkan Mendix, sebuah perangkat lunak dengan teknologi low-code yang dapat memudahkan pengembangan aplikasi mobile maupun aplikasi desktop dengan penggunaan coding yang minimal.
"Tentu saja dengan adopsi Mendix sebagai low code application platform, akan membantu untuk menekan barriers of entry ketika organisasi memutuskan membangun aplikasi, baik untuk kebutuhan internal maupun pendekatan ke pelanggannya," kata Baran.
Teknologi low-code yang digunakan memungkinkan proses pengembangan sebuah aplikasi dari penyusunan konsep hingga diluncurkan menjadi lebih singkat.
Selain itu, dengan durasi pengembangan aplikasi yang lebih pendek, dari sisi budget juga akan lebih efisien bagi pelaku bisnis dan meminimalisir kemungkinan melewatkan momentum bisnis yang ingin diraih.
(Isk/Ysl)