Sukses

Hati-Hati Jual Beli Smartphone Bekas, 90 Persen Masih Sisakan Data Sensitif

Hati-hati saat menjual atau beli smartphone bekas, pasalnya menurut survei Kaspersky, 90 perseb di antaranya masih menyisakan data hingga malware.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang memilih untuk membeli smartphone seri baru yang sudah bekas karena harganya yang relatif lebih murah. Namun menurut penelitian Kaspersky, sebagian smartphone bekas ini belum dihapus seutuhnya ketika dijual.

Informasi pemilik sebelumnya pun berisiko diakses oleh pihak ketiga.

Para peneliti menganalisis lebih dari 185 perangkat media penyimpanan seperti kartu memori dan hard drive dan menemukan, 90 persen data tersisa di perangkat tersebut.

Dari 90 persen isian data, 16 persen memberikan akses secara langsung ke informasi pengguna lama. Sementara, 74 persen lainnya diekstraksi menggunakan ukiran file, sebuah metode untuk memulihkan file dari ruang yang tidak beralamat pada media penyimpanan.

Data yang ditemukan di smartphone bekas pun beragam, mulai dari entri kalender berisi catatan rapat, foto dan video pribadi, dokumen pajak, informasi perbankan, kredensial login, hingga informasi medis. Singkatnya, semua data ini akan berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah.

2 dari 3 halaman

Malware dari smartphone bekas

Riset juga menemukan, 17 persen smartphone bekas memasang pemindai virus. Artinya, pengguna yang membeli smartphone bekas mungkin berpotensi mewarisi malware pemilik sebelumnya.

Head of GReAT Eropa, Marco Preuss, mengatakan, pada dasarnya pengguna harus selalu menyimpan data di perangkat pribadi dalam kondisi terenkripsi. Hal ini untuk berjaga-jaga jika perangkat hilang atau seseorang mendapatkan akses yang tidak sah.

"Ketika data pribadi jatuh ke tangan yang salah, hal itu tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga teman, keluarga, bahkan perusahaan," kata Marco, dikutip dari keterangan Kaspersky, Jumat (5/2/2021).

3 dari 3 halaman

Tak cukup dengan format ulang

Lebih lanjut, Head of GReAT Jerman, Christian Funk, menyebut, kesalahpahaman yang umum adalah, pengguna hanya menghapus data atau melakukan format ulang penyimpanan yang dianggap membersihkan data.

Padahal, jika ada seorang tech savvy, mereka bisa memulihkan data ini. "Itulah mengapa, penting sekali melakukan pembersihan total," kata Christian.

(Tin/Ysl)

Video Terkini