Liputan6.com, Jakarta - Hakim federal memberikan perintah agar Facebook membayar USD 650 juta atau sekitar Rp 9,3 triliun atas fitur pengenalan wajah miliknya.
Jumlah tersebut menjadi penyelesaian atas kasus gugatan class action yang melibatkan 1,6 juta penggugat atas fitur pengenalan wajah Facebook.
Baca Juga
Dalam gugatannya, para penggugat meminta agar pembayaran dilakukan secepat mungkin.
Advertisement
Mengutip laman The Verge, Minggu (28/2/2021), pengacara Chicago Jay Edelson menggugat Facebook di Cook County Circuit Court pada 2015.
Dalam gugatannya, ia menuding Facebook menggunakan tag pengenalan wajah tanpa persetujuan pengguna.
Apalagi, tag pengenalan wajah oleh Facebook tidak diizinkan berdasarkan Undang-Undang Privasi Informasi Biometrik Illinois.
Gugatan tersebut mengklaim, fitur Tag Sugestions Facebook yang memindai wajah di foto pengguna dan menawarkan pengenalan telah menyimpan data biometrik tanpa sepengetahuan pengguna.
Hal ini pun dianggap telah melanggar aturan hukum Illinois.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Kasus Gugatan Class Action
Kasus ini pun menjadi gugatan class action pada 2018. Kemudian, pada 2019, Facebook menawarkan pengenalan wajah sebagai fitur opsional pada platformnya.
Menurut perintah Hakim James Donato dari Pengadilan Distrik Utara California, tiga penggugat yang disebutkan dalam gugatan tersebut masing-masing akan menerima uang penyelesaian senilai USD 5.000.
Sementara pengguna lainnya yang ikut dalam gugatan class action akan mendapatkan masing-masing USD 345.
Hakim Donato mengatakan, penyelesaian tersebut merupakan "hasil penting dan kemenangan besar bagi konsumen dalam bidang privasi digital yang telah diperebutkan dengan cukup panas."
Advertisement
Komentar Pihak Facebook
Sementara, pihak Facebook berkomentar, mereka senang telah melewati masalah ini.
"Kami senang telah mencapai penyelesaian, sehingga kami dapat melewati masalah ini, yang merupakan kepentingan terbaik bagi komunitas kami dan pemegang saham kami," kata Facebook dalam pernyataan.
Sementara, penggugat yakni Pengacara Edelson mengatakan, kemenangan ini merupakan hal yang besar.
"(Kemenangan) ini mengindikasikan pesan yang jelas, bahwa di Illinois, hak privasi biometrik akan tetap ada," katanya.
(Tin/Isk)