Sukses

Peneliti Kembangkan Metode Baru untuk Internet Kuantum

Dalam makalah yang terbit di jurnal Optica, metode ini dapat membantu meletakkan fondasi ketika sejumlah besar komputer kuantum, sensor kuantum, dan teknologi kuantum lainnya siap untuk online dan berkomunikasi satu sama lain.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Purdue University telah mengatasi masalah yang menghalangi pengembangan jaringan kuantum yang cukup besar.

Dalam makalah yang terbit di jurnal Optica, metode ini dapat membantu meletakkan fondasi ketika sejumlah besar komputer kuantum, sensor kuantum, dan teknologi kuantum lainnya siap untuk online dan berkomunikasi satu sama lain.

Tim peneliti menggunakan sakelar yang dapat diprogram untuk menyesuaikan berapa banyak data yang masuk ke setiap pengguna. Caranya, ia memilih dan mengarahkan panjang gelombang cahaya yang membawa saluran data berbeda.

Hal ini dapat meningkatkan jumlah pengguna tanpa menambah kehilangan foton karena jaringan semakin besar.

"Kami menunjukkan cara untuk melakukan perutean panjang gelombang hanya dengan satu peralatan. Pada prinsipnya, ini membangun jaringan yang terdiri dari 12 hingga 20 pengguna, bahkan mungkin lebih," kata Andrew Weiner, Profesor Distinguished Family Scifres dari Purdue, seperti dikutip dari Phys.org, Kamis (4/3/2021).

Dia menambahkan, pendekatan sebelumnya memerlukan pertukaran fisik lusinan filter optik tetap yang disetel ke panjang gelombang individu. Langkah itu dapat memungkinkan terjadinya kehilangan data lebih mungkin terjadi.

Alih-alih perlu menambahkan filter ini setiap kali pengguna baru bergabung dengan jaringan, teknisi dapat memprogram sakelar selektif panjang gelombang untuk mengarahkan panjang gelombang pembawa data ke setiap pengguna baru.

Sakelar selektif panjang gelombang juga dapat diprogram untuk menyesuaikan pita lebar berdasarkan kebutuhan pengguna, yang tidak dapat dilakukan dengan filter optik tetap.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

 

2 dari 3 halaman

Internet Kuantum

Bagi aspek internet kuantum, membentuk koneksi antara pengguna dan menyesuaikan pita lebar berarti mendistribusikan keterjeratan. "Ketika orang berbicara tentang internet kuantum, gagasan ini menghasilkan keterjeratan dari jarak jauh antara dua stasiun yang berbeda, seperti antara komputer kuantum," kata Navin Lingaraju, seorang Purdue Ph.D. mahasiswa di bidang teknik listrik dan komputer.

Ia juga menyebut, metode ini dapat mengubah kecepatan foton terjerat dibagi di antara pengguna yang berbeda. Hal ini yang memungkinkan digunakan sebagai sumber daya untuk melibatkan komputer kuantum atau sensor kuantum di dua stasiun berbeda.

Penelitian ini dilakukan atas kerja sama antara peneliti Purdue dengan seorang ilmuan di Laboratorium Nasional Oak Ridge, Joseph Lukens.

 

3 dari 3 halaman

Jaringan Komunikasi Klasik

Sakelar ini juga mampu menggunakan jaringan fleksibel, seperti komunikasi gelombang cahaya klasik yang sekarang digunakan. Gunanya untuk mempartisi pita lebar kepada pengguna pada berbagai panjang gelombang dan lokasi daripada dibatasi pada serangkaian panjang gelombang tetap, yang masing-masing memiliki sambungan tetap pita lebar atau daya dukung informasi di lokasi tetap.

"Untuk pertama kalinya, kami mencoba mengambil sesuatu yang terinspirasi oleh konsep komunikasi klasik ini menggunakan peralatan yang sebanding untuk menunjukkan potensi keuntungan yang dimilikinya untuk jaringan kuantum," kata Weiner.