Sukses

PANDI Geber Digitalisasi Naskah Kuno Nusantara

PANDI menggalakkan program digitalisasi naskah kuno di Asia Tenggara, khususnya terhadap manuskrip-manuskrip Nusantara yang disimpan oleh masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki kekayaan manuskrip yang sangat beragam, mulai dari aksara, bahasa, hingga tradisi. Upaya pelestarian berupa preservasi dan konservasi sedang giat dilakukan oleh sejumlah lembaga maupun perorangan.

Digitalisasi merupakan salah satu upaya preservasi dengan mengalihmediakan manuskrip ke dalam format digital untuk kemudian disajikan secara daring dengan akses terbuka.  

Salah satu kegiatan digitalisasi yang tengah digalakkan yaitu program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (Dreamsea).

Program ini bertujuan untuk mendigitalisasi naskah kuno di Asia Tenggara, khususnya terhadap manuskrip-manuskrip yang disimpan oleh masyarakat Indonesia.

Mengutip siaran pers yang Tekno Liputan6.com terima, Selasa (9/3/2021), kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) University of Hamburg atas dukungan lembaga filantropis Arcadia Fund.

Sinergi tersebut dituangkan dalam acara Webinar Series on Indonesian Digitised Manuscripts ke-4 dengan tema "Manuskrip dan Digitalisasi Aksara Nusantara".

Para narasumber yang akan berbagi informasi dalam webinar ini merupakan tokoh inspiratif dalam bidang pelestarian manuskrip dan aksara Nusantara.

Antara lain Prof. Dr. Oman Fathurahman (Principal Investigator Dreamsea, Pengampu NGARIKSA), Dr. Munawar Holil, M.Hum. (Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara), Prof. Dr. Yudho Giri Sucahyo (Ketua Dewan Pengurus PANDI), dan Andi Alfian Mallarangeng, Ph.D. (Pembina Yayasan Lontaraq Nusantara).

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

2 dari 3 halaman

Dukungan PANDI

Di sisi lain, Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) tengah berupaya untuk mendigitalisasi setiap aksara daerah yang ada di Indonesia agar dapat digunakan dalam berbagai platform digital.

Aksara daerah yang banyak terdokumentasikan dalam manuskrip kuno Nusantara menjadi sumber utama dalam proses digitalisasi aksara, namun, tidak banyak orang yang mampu membacanya.

Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik dengan pihak yang memiliki keahlian dalam pengkajian manuskrip. Dalam hal ini, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) sebagai satu-satunya lembaga profesi yang mengkhususkan diri dalam kajian manuskrip Nusantara menjadi jembatan pengetahuan naskah dan aksara Nusantara.

Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, menyebut bahwa promosi dan sosialisasi digitalisasi aksara Nusantara juga harus giat dilakukan.

"Untuk mendukung program tersebut, PANDI siap bersinergi untuk kemudian bekerja sama dengan Manassa dan Dreamsea untuk membahas upaya digitalisasi naskah, aksara Nusantara, serta peluang pemanfaatannya untuk mendukung kajian filologi di Indonesia," kata Yudho dalam keterangan persnya.

Terkait kegiatan ini Prof. Dr. Oman Fathurahman selaku Principal Investigator Dreamsea menyatakan dukungannya terhadap kegiatan digitalisasi manuskrip dan aksara Nusantara.

 

3 dari 3 halaman

Mendigitalkan 193.646 Halaman Manuskrip

Sejak 2017, Dreamsea bekerja sama dengan Manassa dan berbagai komunitas budaya telah berhasil mendigitalkan 193.646 halaman manuskrip dari 58 koleksi milik masyarakat Indonesia.

"Dreamsea memfasilitasi penyediaan digitalisasi manuskrip untuk dimanfaatkan berbagai keperluan termasuk penyelamatan aksara," ungkap Oman.

Dari ribuan manuskrip yang telah berhasil didigitalisasi oleh Dreamsea, ia menambahkan, teridentifikasi 18 jenis aksara yang digunakan.

"Tentu saja, perlu dilakukan tindak lanjut setelah digitalisasi naskah. Digitalisasi aksara adalah salah satu yang dapat diupayakan," paparnya.

Senada dengan Prof. Oman, Ketua Umum Manassa, Dr. Munawar Holil menyatakan digitalisasi manuskrip Nusantara yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga maupun perorangan merupakan salah satu langkah preservasi isi kandungan naskah.

"Aksara yang terdokumentasi dalam manuskrip digital perlu dibaca agar isinya dapat dikontekstualisasikan di masa kini. Digitalisasi aksara pada manuskrip membuka peluang untuk dimanfaatkan dalam kajian Filologi Nusantara," kata Munawar. 

Sebagai informasi, webinar "Manuskrip dan Digitalisasi Aksara Nusantara" akan dilaksanakan secara langsung dan daring pada Rabu, 10 Maret 2021 melalui Facebook dan kanal YouTube Dreamsea Project.

(Isk/Why)