Sukses

Tunawisma 70 Tahun Jadi Orang Pertama yang Tinggal di Rumah Cetak 3D

Tim Shea, tunawisma berusia 70 tahun diklaim jadi orang pertama yang tinggal di rumah cetak 3D.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Shea yang menempuh perjalanan panjang sejak menjadi tunawisma--pernah berjuang melawan kecanduan heroin--sekarang menjadi orang pertama yang tinggal di rumah cetak 3D (rumah yang dibangun dengan printer 3D).

Di pinggiran Austin, Texas, Shea yang berusia 70 tahun telah menetap di rumah seluas 400 kaki persegi tersebut. Rumah barunya terletak di Community First! Village, yang terdiri dari rumah-rumah bagi para tunawisma.

Sejauh ini, pengembangan seluas 51 acre (sekitar 207.000 m2) memiliki lebih dari 500 rumah, termasuk varietas 3D yang dibangun oleh perusahaan Icon, sebuah perusahaan baru yang berbasis di Austin.

Shea adalah salah satu dari sekian banyak lansia di Amerika Serikat yang berjuang untuk mendapatkan rumah. Sebelum tinggal di rumah permanen, dia menetap di komunitas mobil rumah atau recreational vehicle (RV).

Shea mengaku sebelumnya kerap merasa tidak aman, selalu bersembunyi atau mengisolasi.

"Saya tidak pernah benar-benar ingin berinteraksi dengan orang," katanya sebagaimana dilansir New York Post, Jumat (26/3/2021).

Tapi Shea mengatakan hidupnya berubah drastis sejak tinggal di Community First! Village, dan peralihannya dari tempat tinggal RV ke rumah cetak 3D berjalan mulus.

"Semua yang saya lakukan adalah sebaliknya, dan saya memiliki banyak aktivitas yang harus dilakukan setiap hari dengan orang lain," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Material Rumah Tahan Bencana

Shea, yang berhasil keluar dari kecanduan, memilih denah lantai terbuka karena dia menderita radang sendi dan mungkin perlu menggunakan kursi roda. Icon sejauh ini telah mengembangkan enam rumah 3D berbeda, semuanya juga dengan tata letak berbeda.

Bahan yang digunakan untuk membangun rumah diklaim lebih tahan terhadap bencana, seperti angin topan ketimbang rumah yang dibangun secara tradisional.

Community First! Village menginvestasikan US$ 18 juta atau sekitar Rp 260 miliar ke desa kecil di Austin untuk membantu tunawisma.

Desa tersebut awalnya memiliki ruang untuk 180 penduduk, yang membayar sewa sekitar US$ 300 atau Rp 4,3 jutaan.

 

3 dari 3 halaman

Fasilitas Rumah

Komunitas ini didirikan pada 2015, dan diciptakan oleh pengembang real estate Alan Graham, yang telah menghabiskan dua dekade terakhir menjadi sukarelawan di jalanan Austin melalui sebuah proyek bernama Mobile Loaves & Fishes.

Bagi Community First! Village, memilih untuk menguji teknologi baru adalah kesepakatannya untuk bereksperimen.

Graham ingin memberikan ruang komunitas yang sebenarnya, bukan hanya perumahan sederhana bagi para tunawisma.

Kini, Icon membawa teknologi cetak 3D ke desa tersebut untuk mempercepat prosesnya, sekaligus membuatnya lebih murah.

Rumah ini dicetak dengan printer 3D Icon Vulcan II, di mana memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur lengkap, ruang tamu, dan teras besar dengan pemandangan matahari terbenam.

(Isk/Why)