Sukses

Aplikasi Scam Raup Rp 5,8 Triliun dari Google Play dan App Store

Aplikasi scam menghasilkan lebih dari US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun dari Google Play dan App Store.

Liputan6.com, Jakarta - Meski Apple dan Google kerap menggembar-gemborkan perlindungan ekstra di toko aplikasi masing-masing (Google Play Store da App Store), tetap saja masih banyak pengguna yang tergiur dengan 'aplikasi jahat' dengan iming-iming layanan gratis .

Hal itu tentunya membuat aplikasi scam dan malware mudah masuk ke smartphone pengguna dengan menyamar sebagai 'aplikasi baik'.

Studi terbaru dari Avast mengungkapkan bahwa ada cukup banyak aplikasi 'perangkat lunak rahasia' yang ditemukan di App Store dan Google Play, di mana aplikasi tersebut telah menghasilkan lebih dari US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun hingga saat ini.

Angka itu jelas merupakan uang yang banyak, itulah sebabnya banyak dari aplikasi scam ada dan terus ada hingga saat ini. Demikian sebagaimana dilansir Ubergizmo, Jumat (26/3/2021).

"Tampaknya bagian dari strategi fleeceware adalah menargetkan pengguna yang lebih muda melalui tema yang menyenangkan dan iklan yang menarik di jejaring sosial populer dengan janji pemasangan gratis atau diunduh gratis," kata Avast.

Pada saat orangtua mengetahui pembayaran mingguan, fleeceware (aplikasi scam) mungkin telah menarik sejumlah besar uang.

2 dari 3 halaman

Sulit Dibedakan

Aplikasi fleeceware juga tidak dianggap sebagai malware karena merupakan aplikasi yang sah, kecuali mungkin dengan beberapa mekanisme yang curang untuk mendorong pembelian dalam aplikasi.

Sulit untuk membedakan aplikasi mana yang merupakan aplikasi fleeceware dan mana yang bukan, jadi yang terbaik adalah dengan tidak menggunakannya sebelum melakukan pembelian apa pun.

 

3 dari 3 halaman

Apa Itu Fleeceware?

Fleeceware bukanlah sejenis malware atau virus, melainkan aplikasi yang menipu penggunanya dengan iming-iming masa percobaan gratis.

Setelah masa percobaan gratis berakhir, pengguna akan dikenai biaya berlangganan yang berlebihan.

Pengguna biasanya akan menghapus aplikasi ketika tahu masa percobaan gratisnya akan berakhir dengan anggapan tidak akan dikenai biaya langganan.

Aplikasi ini akan memanfaatkan pengguna yang tidak tahu cara membatalkan langganan untuk terus membebankan biaya lama setelah mereka menghapus aplikasi.

(Isk/Ysl)

Video Terkini