Liputan6.com, Jakarta - Pengguna internet First Media sempat mengeluhkan layanan internet dari First Media yang tidak dapat digunakan.
Keluhan dari pengguna membanjiri media sosial. Pihak First Media melalui akun Twitter @FirstMediaCares pun memberikan jawaban atas terganggunya layanan internet mereka.
Baca Juga
"Kami informasikan bahwa saat ini sedang terjadi gangguan sistem komunikasi kabel bawah laut (Kabel B2JS dan kabel Jakabare) yang digunakan oleh LinkNet (First Media) dan juga oleh beberapa provider internet lainnya," kata First Media dalam cuitan, seperti dikutip Tekno Liputan6.com, Selasa (6/4/2021).
Advertisement
Hi First People. Mhn maaf atas ketidaknyamanannya ya. Kami informasikan bahwa saat ini sedang terjadi gangguan sistem komunikasi kabel bawah laut (kabel B2JS dan kabel Jakabare) yang digunakan oleh LinkNet dan juga oleh beberapa provider internet lainnya;
— First Media (@FirstMediaCares) April 5, 2021
Lebih lanjut pihak First Media juga membeberkan, gangguan sistem komunikasi kabel bawah laut ini berdampak pada terganggunya layanan internet yang digunakan oleh semua pelanggan dari provider yang memakai kabel laut tersebut.
"Gangguan yang dirasakan berupa menurunnya kecepatan internet, khususnya saat akses ke situs luar negeri," kata pihak First Media.
Tim First Media pun mengupayakan pemulihan layanan untuk seluruh pelanggan.
Kabel Laut B2JS
Mengutip laman Submarinecablemap.com, kabel B2JS (Jakarta-Bangka-Batam-Singapore Cable System) dioperasikan sejak kuartal kedua 2013 dan dimiliki oleh Triasmitra.
Triasmitra merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan, penjualan, dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi kabel fiber optik.
Laman ini juga mengungkap, panjang kabel bawah laut B2JS adalah 759 kilometer dan memiliki landing points di Batam, Batu Prahu, Jakarta, Pesaren, dan Tanah Merah, Singapura.
Advertisement
Kabel Laut Jakabare Milik Indosat Ooredoo
Sementara, kabel Jakabare adalah kabel bawah laut yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi Indosat Ooredoo dan dioperasikan sejak November 2009.
Kabel ini memiliki panjang 1.330 kilometer dan memiliki landing point di Changi Utara Singapura, Sungai Kakap, Tanjung Bemban, dan Tanjung Pakis Indonesia.
(Tin/Ysl)