Sukses

OpenSignal: Pemutusan 3G Bakal Tingkatkan Pengalaman Seluler Indonesia

Analisis terbaru OpenSignal tentang industri telekomunikasi di Indonesia mengungkapkan bahwa pemutusan jaringan 3G akan meningkatkan pengalaman seluler pengguna.

Liputan6.com, Jakarta - OpenSignal menganalisis, pemutusan jaringan 3G bakal mampu meningkatkan pengalaman seluler para pengguna di Indonesia.

Sekadar informasi, berdasarkan analisis OpenSignal, 15,8 persen masyarakat Indonesia ternyata tidak pernah memakai layanan 4G. Ada tiga alasan yang menyebabkan hal ini.

Pertama, karena 67,5 persen pengguna 3G only tidak berlangganan 4G meskipun memiliki smartphone dan terkover jaringan 4G.

Kedua, karena pengguna tidak memiliki perangkat 4G. Sebanyak 16,8 persen dari pengguna 3G only yang berada di wilayah terkover 4G tetapi tidak memiliki smartphone 4G.

Ketiga, karena masyarakat tidak terjangkau jaringan 4G (10,9 persen pengguna 3G only punya smartphone 4G tetapi jaringannya tidak ada).

Dari para pengguna 3G only ini, analisis OpenSignal mengungkap, kecepatan unduh dengan 3G sangat rendah, rata-rata hanya 5,5Mbps. Kecepatan ini 60 persen lebih lambat ketimbang kecepatan unduh pengguna 4G.

OpenSignal juga mengungkap, 82,4 persen pengguna 3G only terhubung ke jaringan data seluler tiap saat, lebih rendah 14,4 persen dari pengguna koneksi 4G.

Hal ini memperlihatkan bahwa pengguna 3G only yang ada di jangkauan 4G akan mengalami peningkatan pengalaman penggunaan seluler jika meningkatkan layanan ke 4G.

2 dari 3 halaman

Dinilai Perlu Hapus 2G dan 3G

Untuk itulah, OpenSignal melihat bahwa operator di Indonesia perlu menghapus spektrum 2G dan 3G guna memaksimalkan 4G dan 5G.

"Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam pengalaman jaringan seluler, namun cara spektrum digunakan untuk layanan seluler membatasi Indonesia mewujudkan potensi penuh," tulis OpenSignal.

Saat ini, operator Indonesia memperbarui bagian dari pita 800 MHz, 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2.100 MHz untuk 4G.

Namun, operator juga masih bergantung pada pita 900 MHz dan 1.800 MHz untuk gelar 2G dan 2.100 MHz untuk sediakan 3G guna mendukung sebagian pengguna.

"Apabila pita frekuensi tersebut dapat dipakai untuk layanan 4G, pengalaman seluler di Indonesia akan meningkat karena jaringan 4G dan 5G lebih efisien dalam menggunakan kapasitas spektrum dibanding teknologi 2G dan 3G," kata OpenSignal.

Pasalnya, standar dari teknologi baru dapat mendukung kecepatan lebih cepat, penggunaan data yang lebih banyak, dan bertambahnya pengguna pada pita MHz yang sama dibanding 2G dan 3G.

3 dari 3 halaman

Operator akan Rasakan Manfaat dari Penghapusan 3G

Bicara lelang terbaru frekuensi 2.300 MHz, Telkomsel dan Smartfren memenangkan spektrum 20 MHz dan 10 MHz. Telkomsel telah mengungkap rencana menggelar 5G pada pita ini dengan bandwidth 30 MHz di rentang 2.300-2.330 MHz.

Sementara Smartfren berencana meningkatkan kapasitas dan kualitas dari layanan yang sudah ada serta memperluas jaringan ke area yang belum terjangkau layanan mereka.

XL Axiata saat ini tidak mendapatkan spektrum baru dan berencana memaksimalkan 4G yang sudah ada. 3 (Tri) telah bermitra dengan Nokia untuk menyebarkan teknologi berbagi spektrum (DSS) untuk 3G dan 4G saat ini.

"Berdasarkan analisis kami, alasan utama pengguna tidak merasakan manfaat 4G karena mereka tidak berlangganan, bukan karena jangkauan 4G," kata OpenSignal.

OpenSignal juga menyebut, operator Indonesia akan mendapatkan manfaat jika pengguna melakukan migrasi dari 3G ke 4G dan memperbarui pita spektrum yang dipakai menggelar 2G dan 3G ke layanan 4G.

"Hal ini dapat mempercepat penyebaran jaringan 4G dan 5G yang dapat menjembatani kesenjangan digital Indonesia serta meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan serta mendorong perkembangan sosial-ekonomi yang positif," tulis OpenSignal.

(Tin/Ysl)

Video Terkini