Sukses

Facebook Rilis Pusat Informasi Ilmu Iklim, Ajak Pengguna Pahami Isu Lingkungan

Facebook meluncurkan halaman Pusat Informasi Ilmu Iklim, mengajak para pengguna untuk memahami isu lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook memperkenalkan Pusat Informasi Ilmu Iklim. Layanan ini merupakan sebuah sarana di platform Facebook yang menghubungkan komunitas dengan sumber daya faktual kepada lebih dari 200 organisasi dunia dan para ahli di bidang perubahan iklim.

Pusat Informasi Ilmu Iklim juga memberikan orang-orang inspirasi tentang langkah-langkah yang bisa mereka lakukan sehari-hari untuk mengatasi permasalahan lingkungan.

Kehadiran Pusat Informasi Ilmu Iklim merupakan salah satu bentuk komitmen Facebook dalam membantu meningkatkan kesadaran komunitas. Caranya dengan memberi akses lebih mudah terhadap ilmu pengetahuan dan informasi terpercaya seputar perubahan iklim.

Kepala Kebijakan Publik untuk Facebook Indonesia Ruben Hattari mengatakan, melalui Pusat Informasi Ilmu Iklim, Facebook berkomitmen menghubungkan orang dengan informasi yang faktual dari berbagai organisasi dan ahli. Misalnya Intergovernmental on Climate Change (IPCC) dan jaringan globalnya.

"Melalui Pusat Informasi Ilmu Iklim ini, kami memberikan informasi terbaru mengenai perubahan iklim berikut fakta-fakta seputar dampaknya terhadap ekosistem bumi dan alam, juga informasi mengenai perubahan suhu rata-rata bumi per tahun," kata Ruben, dikutip dari keterangan resmi Facebook, Selasa (29/6/2021).

Ruben mengatakan, Facebook memberikan inspirasi kepada komunitas untuk ikut berkontribusi menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas polusi.

Selain memberikan edukasi mengenai perubahan iklim, sejak 2020, Facebook mencanangkan komitmen untuk mencapai net zero carbon emission dan 100 persen pemanfaatan energi terbarukan di seluruh ekosistem operasional secara global pada 2030.

2 dari 3 halaman

Kemitraan dengan Lembaga Cek Fakta untuk Tangkis Hoaks

"Dalam satu dekade mendatang, visi terhadap pengurangan jejak karbon ini akan dicapai melalui pembuatan desain yang efisien, kerja sama dengan para supplier yang juga memiliki visi sama, dan penerapan teknologi yang dapat menghilangkan polusi karbon," kata Ruben.

Upaya untuk mengatasi tantangan perubahan iklim juga dilakukan melalui kemitraan dengan lebih dari 70 tim pemeriksa fakta pihak ketiga secara global, demi mengurangi penyebaran misinformasi dan berita palsu seputar klaim terkait perubahan iklim.

Seluruh klaim yang telah diperiksa dan dibantah oleh tim pemeriksa fakta, akan dikurangi distribusinya di Kabar Beranda/ News Feed dan unggahan ini akan diberi label khusus pada Facebook dan Instagram. Dengan demikian, orang-orang dapat memahami konten tersebut adalah tidak tepat.

Secara khusus di Indonesia, Facebook berfokus mengajak publik untuk berpartisipasi aktif dalam memilah dan mengolah sampah, agar dapat terurai kembali ke alam dan bahkan menjadi barang yang bernilai ekonomis.

3 dari 3 halaman

Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Melalui Halaman Facebook Indonesia, Facebook mengajak orang-orang untuk menyimak bincang #PeduliLingkungan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Bank Sampah Bintang Sejahtera dari Mataram, NTB, yang membahas persoalan sampah dan pengelolaannya di Indonesia.

"Kami mengambil langkah-langkah penting untuk mengurangi emisi dan memberdayakan komunitas kami dengan informasi yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan sehingga mereka memiliki sarana dan dapat mengambil keputusan yang tepat, serta mampu menciptakan dampak yang positif di komunitasnya," kata Ruben.

Peluncuran Pusat Informasi Ilmu Iklim dan bincang #PeduliLingkungan merupakan bagian dari kampanye #Indonesiaku, sebuah kampanye publik yang akan mengangkat berbagai kisah dan inspirasi dari komunitas dan pelaku usaha di Indonesia.

Kampanye yang berlangsung selama setahun penuh ini bertujuan untuk membangun semangat kebersamaan, berbagi motivasi yang baik, serta menyebarkan dampak positif yang mereka ciptakan dengan memanfaatkan platform Facebook dan keluarga besar aplikasinya.

(Tin/Isk)

Video Terkini