Liputan6.com, Jakarta - Sekitar tiga tahun lalu, Microsoft sempat jadi korban pencurian oleh mantan karyawannya yang bernama Volodymyr Kvashuk.
Bergabung dengan Microsoft pada 2016 sebagai software engineer, pria yang akrab dipanggil Vova ini mampu mencuri sekitar USD 10 juta atau setara Rp 146 miliar.
Baca Juga
Dalam sebuah laporan Bloomberg, terungkap bagaimana cara Volodymyr Kvashuk mencuri dari Microsoft.
Advertisement
Saat bergabung, Volodymyr ditugaskan untuk menguji infrastruktur e-commerce Microsoft Store.
Dia dan timnya bertugas untuk melakukan pembelian menggunakan berbagai akun palsu, dan melihat apakah ada bug dalam sistem pembayaran online yang disediakan.
Mengutip IGN, Jumat (2/7/2021), ternyata Volodymyr menemukan bug yang mampu menghasilkan 25 digit kode acak yang dapat ditukarkan setiap kali melakukan transaksi palsu untuk gift card Microsoft.
Memanfaat bug ini, dirinya mampu menghasilkan kode dengan jumlah tak terbatas dan dapat digunakan untuk membeli berbagai macam digital item di toko Microsoft, termasuk game di Xbox Store.
Tak Melaporkan
Alih-alih melaporkan bug tersebut ke atasannya, Volodymyr memutuskan untuk mengeksploitasi temuannya untuk meraup untung.
Dia pun menjual kode digital tersebut melalui website pihak ketiga dengan harga diskon hingga 55 persen lebih murah dari harga resmi.
Untuk melancarkan aksinya, ia menggunakan akun email pengujian bug yang dikaitkan dengan rekan satu tim di Microsoft.
Agar uang penjualan yang didapat tidak terlacak, Volodymyr menggunakan layanan pencampuran Bitcoin untuk menyembunyikan sumber dana tersebut.
Dalam kurun tujuh bulan melancarkan aksinya, Volodymyr telah mentrasfer sejumlah USD 2,8 juta atau setara Rp 40 miliar dalam bentuk Bitcoin ke bank dan rekening investasinya.
Dia juga mengajukan formulir pelaporan pajak palsu dengan mengklaim Bitcoin yang ia terima adalah hadiah.
Advertisement
Dipecat Juni 2018
Tak butuh waktu lama, Microsoft pun mengendus aksi Volodymyr dan memecatnya pada Juni 2018.
Dua tahun berselang, pada Februari 2020 Volodymyr Kvashuk dijatuhi hukuman atas 18 kejahatan federal. Dia pun dideportasi ke Ukraina, dan membayar ganti rugi sebesar USD 8,3 juta setara Rp 120 miliar.
Hingga saat ini, Volodymyr Kvashuk masih mendekam di penjara dan dijadwalkan akan bebas pada Maret 2027.