Liputan6.com, Jakarta - Awal 2021, industri kripto disambut dengan berbagai informasi positif mengenai harga Bitcoin dan altcoin lainnya. Menurut Coinmarketcap, Bitcoin bahkan sempat menyentuh harga tertingginya senilai US$ 64.863 (Rp 943 jutaan) pada April 2021.
Menuju akhir paruh pertama 2021, tepatnya pada Mei, harga aset Bitcoin terus turun dan pada Juli harganya stagnan di bawah US$ 40.000 (sekitar Rp 580 juta). Bahkan sempat menyentuh di bawah US$ 30.000 atau tepatnya US$ 29.300 (Rp 426 jutaan) pada 20 Juli 2021.
Baca Juga
Mengutip laman Reuters, Rabu (21/7/2021), penurunan Bitcoin terjadi karena regulator terus menyerukan pemeriksaan yang lebih ketat terkait cryptocurrency.
Advertisement
Cryptocurrency yang lebih kecil seperti ether dan XRP, yang cenderung bergerak beriringan dengan Bitcoin, nilainya juga menurun sekitar 5 persen.
Melihat persentase kenaikan Bitcoin yang baik, namun harga yang stagnan dan cenderung turun, membuat banyak pengguna kripto menerka-nerka. Benarkah era kenaikan kripto atau biasa dikenal dengan bullish akan usai dan diganti dengan era penurunan kripto atau dikenal dengan bearish?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Coinvestasi akan kembali menggelar Coinfest untuk keempat kalinya, dengan tema 'Bull vs Bear' yang akan memberikan perspektif mendalam mengenai kondisi pasar kripto saat ini.
"Di acara Coinfest 'Bull vs Bear' ini, kita akan coba kupas tuntas analisis pasar kripto pada 2021. Apakah masih akan melanjutkan bullrun atau kita masuk ke market bearish," kata Felita Setiawan, Project Officer Coinfest Id melalui keterangannya, Rabu (21/7/2021).
Acara ini didukung oleh berbagai bursa kripto terkemuka, antara lain PINTU, ZIPMEX dan Triv. Coinfest juga didukung sejumlah komunitas kripto Tanah Air seperti Indonesia Paham Bitcoin, Trading Bareng, dan lain sebagainya.
Coinfest tahun ini masih akan dilangsungkan secara online via Youtube Coinvestasi pada Sabtu, 24 Juli 2021 pukul 10.00 - 12.00 WIB.
Terjebak dalam Regulasi Ketat
Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir 'terjebak' dalam kisaran perdagangan yang relatif ketat, setelah investor melakukan penjualan besar-besaran pada Mei dan Juni 2021, menyusul pelarangan China terhadap penambangan dan perdagangan cryptocurrency.
Pengawas keuangan dan gubernur bank sentral, baru-baru ini juga menyerukan regulasi yang lebih ketat.
Baru-baru ini Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada regulator bahwa pemerintah AS harus bergerak cepat untuk membangun kerangka peraturan untuk stablecoin, kelas mata uang digital yang berkembang pesat.
Penurunan Bitcoin pada hari Selasa kemarin menimbulkan kerugian sekitar 15 persen pada bulan ini. Penurunan ini merosot lebih dari setengahnya sejak mencapai puncak hampir US$ 65.000 pada April 2021.
Advertisement
Kapitalisasi Pasar Kripto Susut Rp 1.292 Triliun
Harga Bitcoin yang turun menyeret uang kripto lainnya melemah. Nilai kapitalisasi pasar dari seluruh pasar kripto susut USD 89 miliar atau sekitar Rp 1.292 triliun (asumsi kurs Rp 14.526 per dolar AS) dalam 24 jam pada pukul 06.29 pagi ET, Selasa, 20 Juli 2021. Hal itu berdasarkan data CoinMarketCap.
Harga bitcoin turun lebih dari lima persen, sementara ether susut lebih dari enam persen, dan XRP merosot hampir 9 persen, berdasarkan data CoinDesk. Sepanjang 2021, harga bitcoin naik 1,87 persen. Ether dan XRP naik sekitar 135 persen sepanjang 2021.
Harga bitcoin turun setelah aksi jual besar-besaran di pasar saham global. Pada Senin, indeks Dow Jones mengalami hari terburuk sejak Oktober 2020.
"Ada aksi jual luas di pasar global, aset berisiko turun secara keseluruhan,” ujar Partner Crytocurrency Financial Services Firm Amber Group, Annabelle Huang, dilansir dari CNBC, Selasa (20/7/2021).
Ia menambahkan, ada kekhawatiran akan kualitas dan kekuatan pemulihan ekonomi dan aset berisiko lebih luas menjadi lemah. "Ditambah dengan kelemahan bitcoin baru-baru ini hanya mengirim pasar kripto tertekan,” kata Huang.
Harga bitcoin turun lebih dari 50 persen sejak posisi tertinggi hampir USD 65.000 pada pertengahan April 2021.
Tindakan Keras China
Tindakan keras baru di China pada perdagangan dan penambangan kripto telah membebani harga bitcoin. Wilayah utama yang bertanggung jawab atas penambangan bitcoin di China telah memaksa operasi untuk ditutup.
Penambangan bitcoin adalah proses intensif yang memfasilitasi transaksi bitcoin dan menciptakan koin baru. Bank sentral China juga telah berbicara dengan perusahaan keuangan dan financial technology (fintech) yang mengingatkan mereka untuk tidak menawarkan layanan terkait kripto kepada pelanggan.
China melarang pertukaran kripto lokal pada 2017 memaksa mereka untuk pindah ke luar negeri. Hal itu tidak menghentikan pedagang China membeli dan menjual koin digital. Akan tetapi, tindakan keras pada 2021 dari regulator China tampaknya semakin memperketat pembatasan perdagangan dan pertambangan.
"Semua sinyal berwarna merah karena bitcoin terus terbebani oleh larangan kripto utama dari China dan memburuknya kondisi ekonomi makro dari lonjakan varian COVID-19,” ujar Pendiri Modal Ventura yang fokus pada kripto Kenetic Capital, Jehan Chu.
Head of Business Development Luno, Vijay Ayyar mengatakan, harga bitcoin di bawah USD 30.000 dapat menjadi hal penting. Ia menuturkan, aksi jual bisa lebih rendah sehingga menguji level USD 22.000-USD 24.000. Sejak itu, bitcoin dapat diperdagangkan dalam kisaran tertentu.
"Saya akan melihat bitcoin antara USD 20.000 hingga USD 40.000 untuk sementara waktu sebelum bullish kembali,” kata Ayyar.
Chu juga melihat potensi aksi jual ke depan. “Momentum pasar kripto kuartal I telah terhenti dan mengancam pembalikan lebih lanjut yang berpotensi di bawah level USD 25.000,” kata Chu.
(Isk/Ysl)
Advertisement